2023, 28 Agustus
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Jean Marc Roda (CIRAD Regional Director for South Asian Island Country) meyampaikan 6 pesan terkait kelapa sawit dan EUDR. Pesan ini   dari sudut ilmiah (scientific) untuk memahami kelapa sawit secara geopolitik. Roda menyampaikan hal ini pada International Dialogue Palm Oil vs EUDR, Let’s talk EUDR with Special Attention to Palm Oil” yang diselenggarakan Media Perkebunan dan BPDPKS.

Pesan pertama,  permintaan minyak nabati dunia akan semakin meningkat, termasuk minyak sawit. Konsumsi minyak nabati meningkat seiring dengan naiknya jumlah penduduk dunia. Permintaan lemak dunia (didominasi minyak nabati) semakin meningkat ketika pendapatan dan urbanisasi juga naik.

Pesan kedua, permintaan 27 negara anggota EU juga akan ikut naik, khusunya untuk kelapa sawit. Konsumsi 27 negara anggota EU tahun 2020 adalah 22,5 juta ton minyak nabati. Konsumsi terbesar adalah kanola (sejak tahun 2003 ada subsidi untuk biodiesel  dan berakhir tahun 2009), kemudian sawit, kedelai dan bunga matahari. Setelah subsidi biodiesel kanola berakhir, harganya naik 1% dan impor minyak sawit naik 3,1%.

Pesan ke tiga, Ke 27 negara anggota EU sangat memperhatikan faktor ekonomi dari tanaman penghasil minyak nabati yaitu yang dihasilkan oleh anggota EU, yang dihasilkan negara Eropa lain bukan anggoa EU dan Afrika. Ke 27 negara anggota EU  menanam kedelai dan kanola di negaranya, juga berinvestasi menanam kedelai di Afrika Tengah, Amerika Latin dan Asia Tenggara. Mereka juga investasi menanam kelapa sawit paling besar di Afrika, kemudian Asia Tenggara dan Amerika Latin.

Pesan ke empat di Indonesia sendiri kunci memahami kelapa sawit adalah degan melihat dari peraturan tentang lahan. Ada dua hukum lahan di Indonesia, satu dibawah UU Agraria untuk areal pertanian dan satu lagi dibawah UU Kehutanan untuk kawasan hutan.

Baca Juga:  Harga Sawit Sumut Rp 2.173 Per Kg

Pesan ke 5, bagi Indonesia tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah bagaimana supaya petani swadaya bisa beradaptasi dengan pasar internasional. Petani swadaya didominasi oleh petani dengan produktivitas rendah, dibawah 5 ton TBS/ha. Hanya sedikit yang bisa mencapai 10 ton/ha. Pemerintah harus memperbanyak petani yang mampu menghasilkan 10-15 ton TBS/ha.

Pesan ke 6 hati-hati juga dengan analisis pengindraan jauh , hasilnya masih banyak yang multi tafsir , erornya masih tinggi dan itu akan sangat berpengaruh sekali terhadap makna penggunaan lahan. Apalagi jika hasil ekstrapolasi dijadikan dasar dalam menentukan penggunaan lahan di seluruh Indonesia.

“Kesimpulan akhirnya , bagi saya tantangan utama sustainabilility kelapa sawit bukanlah deforestasi tetapi pada rantai pasoknya. Hambatan EUDR merupakan kesempatan untuk hilirisasi menghasilkan nilai tambah tinggi di dalam negeri,” katanya