2020, 16 Juni
Share berita:

JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Indonesia tampaknya perlu meniru cara Thailand dalam upaya memperbaiki nasib petani karetnya. Dengan memanfaatkan karet alam digunakan untuk infrastruktur jalan, petani karet di negara Gajah Putih itu dapat terangkat nasibnya.

Bagawan Perkebunan Soedjai Kartasasmita mengungkapkan, kesulitan yang dihadapi petani karet Thailand tidak beda dengan di Indonesia. Karena ekspor karet alam ke China anjlok. Biasanya ekspor karet ke negara Tirai Bambu itu mencapai 40 persen dari produksi nasional Thailand.

Turunya permintaan karet China itu, lanjut Soedjai, akibat kebijakan lockdown yang diluncurkan Pemerintah China untuk menyelamatkan rakyatnya dari serangan covid-19. Pada saat yang sama harga karet di negara itu terus menurun sehingga memperparah penderitaan para petani karet di Thailand.

Meski begitu, tampaknya pemerintah Thailand sudah mendapatkan solusi yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan petani karet. Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha baru-baru ini membuat kebijakan membantu petani karet melalui pembangunan infrastruktur baru berupa pembangunan jalan yang dilapisi karet sepanjang 12.282 km.

Soedjai menyebutkan, dengan menggunakan 1 juta ton latex itu sama nilainya equivalen dengan 71 persen dari pendapatan petani karet. Proyek ini merupakan hasil kerjasama antara berbagai kementrian termasuk Kementrian Pekerjaan Umum dan Kementrian Pertanian dan Kooperasi, Universitas, lembaga riset dan teknologi Thailand dan lembaga lainnya. Proyek direncanakan akan selesai dalam waktu 2 tahun atau 2022.

Menurut hasil riset, dari segi keamanan kendaraan jalan yang didesin menggunakan aspal karet lebih aman bagi pengguna kendaraan daripada jalan yang dibuat dari aspal. “Jadi selain menguntungkan petani, jalan model baru ini juga memberikan rasa aman bagi para pengguna kendaraan yang melewati jalan itu,” ujar Soedjai.

Baca Juga:  PTPN Holding Usung Brand Baru “Walini”

Menurut Soedjai, alangkah baiknya jika di Indonesia juga dikembangkan proyek seperti Thailand itu untuk membantu petani karet dan sekaligus juga membantu petani kelapa sawit. “Misalnya ibukota baru didesin sedemikian rupa sehingga untuk pembangunan jalan dimanfaatkan karet alam yang dihasilkan oleh rakyat,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Soedjai, semua kendaraan untuk keperluan transportasi di ibukota baru itu juga menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar. Di kawasan lain yang sendang membangun infrastruktur baru sebaiknya juga menggunakan aspal karet.

“Efek dari langkah-langkah ini pasti akan mengangkat derajad internasional Indonesia. Karena berani mengambil langkah-langkah yang menguntungkan petani karet dan petani kelapa sawit,” jelas Soedjai. (YR)