JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya tingkatkan produktivitas tanaman bernilai ekspor, khususnya komoditi perkebunan. Ada tiga strategi untuk menuju kondisi ideal agar terus berjalan yakni intensifikasi dan ekstensifikasi.
Direktur Jenderal Perkebunan, Kementan, Andi Nur Alam Syah menyebutkan, ada tiga strategi menuju kondisi ideal. Pertama, peningkatan produktivitas untuk jangka pendek melalui Intensifikasi yaitu bantuan pupuk dan saprodi lainnya.
“Dalam jangka panjang menggganti tanaman rusak dan tanaman tidak menghasilkan (TR dan TTM) yaitu penyediaan varietas unggul untuk peremajaan dan perluasan dengan melalui nursery dan penyediaan benih kerjasama dengan BPTP,” ujar Andi Nur beberapa waktu lalu.
Stragei kedua, lanjut Andi Nur, dengan peningkatan kapasitas produksi melalui ekstensifikasi dengan penyediaan varietas unggul dan saprodi lainnya. Ketiga, peningkatan nilai tambah dan daya saing melalui pengembangan ekosistem perkebunan dan informasi pasar. serta market intelegence, penerapan GAP dan GMP, serta penyediaan alat pasca panen dan pengolahan.
Upaya pemerintah dalam pengembangan perkebunan nasional antara lain dengan logistik benih dan pengembangan kawasan melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi untuk meningkatkan produksi komoditas (program jangka panjang) kelapa, jambu mete, kakao, karet, lada, cengkeh, teh, vanili, dan kayu manis.
Selain itu, lanjut Andi Nur, pihaknya juga melakukan pengembangan kawasan melalui Intensifikasi (program jangka pendek) untuk meningkatkan produksi kopi, kakao, karet, lada, pala dan cengkeh.
Sedangkan untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing melalui penyediaan alat pasca panen dan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, karet, kelapa, kakao, pinang, kayu manis, dan nilam. Untuk skema pembiayaan tidak hanya mengandalkan APBN/APBD, namun juga melalui pemanfaatan KUR dan CSR serta investasi. (*)