2016, 2 Februari
Share berita:

Hama kwangwung dikenal ganas menyerang tanaman kelapa. Serangan ini meresakan petani kelapa di Jawa Timur. Ekspor sabut kelapa pun terancam di daerah penghasil kelapa kedua terbesar itu.

Keganasan serangan hama kwangwung (Oryctes rhinoceros) memang cukup meresahkan masyarakat perkebunan kelapa khususnya petani kelapa Jawa Timur. Larva kwangwung hidup di tumpukan jerami dan tumpukan ampas tebu. Tak heran jika serangan keganasan hama kwangwung di Jawa Timur lebih cepat daripada daerah lain di Indonesia.

Provinsi Jawa Timur merupakan penghasil kelapa kedua di Indonesia dengan luas areal sekitar 300 ribu hektar (Ha) dan menghasilkan 1,5 miliar butir kelapa per tahun. Jika per butir kelapa seharga Rp 3.000, maka nilai ekonomis produksi kelapa Jawa Timur total mencapai Rp 4,5 triliun.

Mantan Kepala Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Surabaya Achmad Sarjana mengatakan, serangan kwangwung ini dapat terjadi saat tanaman belum menghasilkan maupun setelah tanaman menghasilkan.
Imago meyerang pucuk dan pangkal daun muda yang belum membuka sehingga merusak jaringan aktif (meristem) untuk pertumbuhan kelapa. Pada tanaman muda berumur 2 tahun atau kurang, kwangwung dapat merusak titik tumbuh dan menyebabkan tanaman mati.

Menurut Sarjana, terdapat beberapa cara pengendalian hama kelapa tersebut yang bisa dilakukan, antara lain melakukan sanitasi yang memungkinkan larva tumbuh. Sedangkan secara biologis pengendaliannya dengan cendawan Metarhizium anisopliae yang mematikan larva atau dengan virus Bacullovirus yang disuntikkkan pada pejantan muda yang akan menular pada betina. Sementara secara mekanis yaitu dengan disemprot pestisida.

Merebaknya keganasan kwangwung ini secara signifikan dipengaruhi oleh punahnya tupai akibat banyak ditangkap secara liar. ”Tupai walaupun dikenal sebagai hama kelapa namun ternyata pohon kelapa yang telah dihuni oleh tupai, kwangwung tidak mau tinggal di pohon kelapa yang terdapat bekas air seni tupai,” tambah Amalia Farra Sabrina peneliti BBP2TP.

Amalia mengungkapkan, ada beberapa langkah-langkah pengendalian hama kwangwung. Pertama, mengindentifikasi sarang sarang perkembangbiakan. Kedua, melakukan studi dinamika populasi. Ketiga, perilaku hama perlu dipahami. Perlu diketahui bahwa imago hama kwangwung meletakkan telur di sarang-sarang perkembangbiakan seperti di tumpukan jerami, ampas tebu, kotoran ternak, sisa gergajian kayu, sampah rumah tangga, dan tunggul kelapa yang sudah lapuk.

Keempat, melakukan monitoring dan pengamatan yang intensif baik dilakukan petugas maupun petani dengan memberikan petunjuk praktis mengenai cara-cara menemukan imago, telur, larva, pupa, serta kapan/ waktu menemukan setiap stadia tersebut serta berada dimana stadia tersebut berada. Pemahaman perilaku morfologi dan dinamika populasi hama sangatlah diperlukan.

Kelima, mengurangi populasi hama. Hal ini bisa ditempuh dengan eradikasi sarang yang dapat dilakukan dengan penebangan tunggul-tunggul kelapa yang kondisinya sudah lapuk dan kemungkinan digunakan sebagai sarang perkembangbiakan kwangwung. Di samping itu, perlu dilakukan inventarisasi dan pendataan terhadap sarang-sarang dan pemanfaatannya secara terencana terhadap bahan-bahan organik tersebut atau sisa-sisa limbah tersebut baik untuk pupuk kompos. YR

Baca juga : Tidak Semua Wilayah Terkena Dampak El Nino

Baca Juga:  SAP Dukung Kegiatan Indonesia Planters Society di Yogyakarta