2024, 3 September
Share berita:

Tahun ini BPDPKS sudah melatih 6.300 pekebun dari sentra perkebunan kelapa sawit dengan 13 jenis kompetensi seperti teknis budidaya, pasca panen, pemetaaan, manajerial, akuntani dan lain-lain. Baik hard skill maupun soft skill. Tujuan pelatihan supaya produktivitas semakin meningkat. Arfie Thahar, Kepala Divisi Pelayanan BPDPKS menyatakan hal ini.

Pelatihan di lakukan oleh 15 lembaga pelatihan di antarannya LPP Agro Nusantara, AKPY Instiper, Citra Widaya Edukasi, PT Riset Perkebunan Nusantara, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, IPB Training Centre dan lain-lain. Program pelatihan sudah hampir selesai semua dan sekarang sedang menunggu rekomtek gelombang ke dua dari Direktorat Jenderal Perkebunan.

Peserta pelatihan sebanyak 6.300 orang semuanya merupakan hasil rekomtek Ditjenbun, sedang BPDPKS yang melakukan seleksi dan menentukan 15 lembaga pelatihan. Sampai sekarang belum ada sistim monitoring apakah pelatihan ini berhasil meningkatkan produktivitas peserta. Lembaga pelatihan LPP Agro Nusantara melakukan evaluasi dan pendampingan lewat WAG yang sekarang untuk pelatihan 2021 masih aktif. BPDPKS akan membahas dan menyiapkan cara pemantauan dan di diskusikan dengan lembaga pelatihan.

Kurikulum dan kompetensi pelatihan di tentukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan. Dari hasil pekan riset yang di lakukan BPDPKS akan di usulkan pada Ditjenbun penambahan jenis pelatihan seperti komposting tandan kosong dan pelepah dalam waktu cepat sehingga penggunaan pupuk kimia.

Pugar Indriawan, SEVP Operational LPP Agro Nusantara menyatakan LPP merupakan corporate university PTPN. Tahun ini pelatihan pekebun dari BPDPKS ada 43 kelas, 11 jenis pelatihan dengan peserta 1.339 orang di 7 provinsi. Pelatihan 23 kelas di Riau, 6 kelas di Sumar, 7 kelas di Kalbar, Kaltim, Kalsel; 7 kelas dan Sulbar dan Sulteng. Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan kapasitas petani.

Baca Juga:  Ekspor Kelapa Sawit Indonesia Berpeluang “Merajai” Eropa

Berdasarkan pengalaman LPP terdapat perbedaan yang cukup lebar antara praktek budidaya yang di laksanakan oleh pekebundengan manajemen budidaya yang baik (GAP). Masih banyak peluang untuk meningkatkan kemampuan pekebun.

Pekebun melakukan budidaya berdasarkan pemahaman mereka sendiri dan dari lingkungan sekitar sehingga banyak yang tidak memenuhi baku teknis, contohnya banyak petani yang memanen buah mentah. Melihat masalah yang semakin kompleks maka 11 pelatihan ini belum cukup dan LPP mengusulkan pada Direktorat Jenderal Perkebunan untuk menambah jenis pelatihan.

Permasalahan Perkebunan Kelapa Sawit

Salah satu masalah yang di hadapi perkebunan kelapa sawit adalah tidak ada regenerasi. Banyak anak petani yang tidak mau meneruskan bisnis perkebunan orang tuanya. Padahal bagaimana bisnis bisa sustainable kalau pengelolanya tidak ada. Karena itu dalam kurikulum pelatihan LPP ada materi yang di harapkan bisa menarik anak muda terjun menjadi pebisnis kebun sawit. Di beberapa lokasi yang merupakan daerah endemik ganoderma maka pelatihan bagaimana mencegah dan mengendalikannya di utamakan. Tetap ada standar kompetensi minimal yang harus di penuhi.

Bagi pekebun dengan pengalaman pada pelatihan yang sudah di laksanakan, kompetensi dalam budidaya harus jadi prioritas seperti peremajaan, pengelolaan tanaman, pengendalian OPT, panen. Sedang kelembagaan petani butuh pengelolaan keuangan , menghitung Harga Pokok Produksi. Sedang dari kelembagaan sosial petani perlu berkempomook.

Kedepan mungkin perlu di tambah lagi kompetensi bagaimana mengelola tanaman belum menghasilkan, bagaimana budidaya lahan gambut dan lain-lain. Pelatihan di dalam kelas dan di lapangan sehingga peserta bisa melihat di lapangan apa yang di ajarkan di kelas, mereka punya knowledge dan implementasinya di lapangan.