Pekanbaru, mediaperkebunan.id – Empat program pembiayaan BPDP yang dananya harus tersedia adalah PSR, Sarana Prasarana, Pengembangan Sumber Daya Manusia (beasiswa dan pelatihan) dan riset. Mohammad Alfansyah, Direktur Penyaluran Dana BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan) menyatakan hal ini pada Andalas Forum V tahun 2025 di Pekanbaru.
“Sesuai instruksi pimpinan 4 program hulu ini yang diutamakan. Penghimpunan dana harus segera mengalokasikan untuk program hulu. Sedang program lain seperti biodiesel dialokasikan setelah keperluan dana program hulu terpenuhi,” katanya.
PSR dana yang sudah disedikan belum bisa diserap semua dan ini menjadi salah satu yang harus segera diatasi, juga sarana dan prasarana. Pengembangan SDM terutama beasiswa dana harus tersedia terus, jangan sampai ada yang putus kuliah. Riset harus yang bisa langsung diterapkan sehingga berdampak langsung.
Keberadaan BPDP tergantung pada ekspor sebab penghimpunan dana diambil dari pajak ekspor dan bea keluar. Jika ekspor semakin menurun akibat peningkatan konsumsi dalam negeri tentu akan berpengaruh pada kemampuan BPDP dalam membiayai program utama ini. Karena itu BPDP mendukung setiap upaya menjaga ekspor minyak sawit Indonesia.
BPDP saat ini menangani dua komoditi tambahan yaitu kakao dan kelapa. Kelapa saat ini sedang dalam pembahasan untuk pengenaan pajak ekspor. Tahun 2024 program biodiesel mandatory B35 dengan volume penyaluran 13,4 juta KL dan insentif sebesar Rp28,11 trilun.
Tahun 2025 dengan B40 alokasi biodiesel 15,6 juta Kl, yang didanai BPDP 7,55 juta Kl PSO yaitu 24 BUBBN dan 2 BUBBM (Pertamina dan AKR). Tahun 2026 BPDP sudah membuat analisa penerimaan dan diperkirakan tahun 2026 dengan B50 BPDP tidak akan mampu membiayai insentif biodiesel PSO sepenuhnya sehingga perlu ada mekanisme lain seperti APBN.
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono minta pemerintah fleksible mengenai program biodiesel. Dengan produksi CPO yang stagnan kalau program seperti yang direncanakan maka ekspor akan semakin berkurang. Pemerintah perlu memilih mana yang lebih menguntungkan ekspor atau program biodiesel.
“Bisa saja dibuat B40 terus tanpa ada tambahan lagi pada tahun depan untuk menjaga ekspor. Malaysia tahun ini program biodiesel jadi B0 karena ekspor lebih menguntungkan. Kita tidak perlu seperti itu. Saat ini stok minyak sawit hanya 2 juta ton padahal yang ideal 4 juta ton,” katanya.