Palembang, mediaperkebunan.id – Ratusan petani swadaya yang berasal dari Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) diajari dan diajak untuk menjadikan perkebunan kelapa sawit milik masing-masing untuk menjadi mesin anjungan tunai mandiri (ATM) yang abadi bagi keluarga mereka.
“Saya berpesan dan mengajak agar perani swadaya peserta pelatihan menjadikan kebun sawit masing-masing sebagai ATM keluarga petani untuk jangka waktu yang sangat panjang, yaitu 20-25 tahun,” ucap founder atau pendiri PT Best Planter Indonesia (BPI), Ir Heri DB MM.
Ajakan tersebut, seperti keterangan resmi yang diterima Mediaperkebunan.id, Senin (16/6/2025), disampaikan Heri DB saat berbicara secara daring dalam acara pelatihan panen dan pascapanen bagi 124 petani sawit asal Kabupaten Muba yang digelar mulai 10-14 Juni 2025.
Sebagai informasi, untuk pelatihan yang berbasiskan teori digelar di Hotel Ayola Sentosa Palembang, dan untuk praktek lapangan digelar di perkebunan kelapa sawit milik dua perusahaan di Sumsel.
Yaitu di lahan milik Sampoerna Agro Group yaitu PT Bina Sawit Makmur (BSM) hang terletak di Desa Surya Adi, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), dan di lahan perkebunan sawit milik PT Perkebunan Minanga Ogan di Baturaja.
Pelatihan teknik memanen dan pascapanen panen itu didukung sepenuhnya oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan pada Kementerian Pertanian (Kementan), serta PT BPI selaku pelaksana pelatihan
Kata Heri DB, perkebunan sawit yang menjadi ATM bagi petani dan keluarganya akan terus dilakukan tanam ulang atau peremajaan (replanting) apabila tanaman sudah tidak lagi produktif, termasuk setelah usai masa siklusnya.
“Artinya, perkebunan sawit akan menjadi warisan anak cucu petani. Oleh karenanya harus dijaga keberlanjutannya dengan cara merawat tanah dan tanaman sesuai standar praktek manajemen yang baik atau best management practices (BMP),” beber Heri DB lagi.
“Demikian juga semasa usia produktif, tanaman sawit harus dijaga populasi tanaman agar tetap memenuhi standar minimal 130 pokok per hektar (Ha) dan panen dilakukan secara tuntas berkualitas,” sambung Heri DB.
Heri DB berpesan agar para petani sawit peserta pelatihan nantinya mampu menjaga kesehatan dan kesuburan lahan perkebunan dengan cara memasukkan bahan-bahan organik.
“Seperti dengan memasukkan pelepah, tandan kosong (tankos), atau pun pupuk berbasis mikroba atau pupuk organik berkualitas,” kata Heri DB merinci.
Sedangkan untuk perawatan tanaman sawit, menurut Heri DB, bisa dilakukan dengan cara melakukan pemupukan yang tepat dosis, waktu dan aplikasi, serta mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
“Selanjutnya, saat melakukan panen tandan buah segar (TBS) yang tuntas dan berkualitas adalah tidak meninggalkan brondolan sedikit pun di piringan, atau tidak menurunkan buah mentah, melainkan dipanen sesuai kriteria matang buah,” ucap Heri DB.
Dia menjelaskan, pelatihan yang digelar BPDP, Ditjenbun, serta PT BPI sebagai pelaksana, bertema “Panen dan Pascapanen”, dan benar-benar memiliki tujuan mulia bagi para petani sawit di Muba.
“Agar para peserta yang merupakan pekebun sawit Muba benar-benar dapat memanfaatkan dengan banyak bertanya kepada narasumber dari PT BPI sehingga banyak manfaat yang didapat,” tegas Ir Heri DB MM selaku founder PT BPI.