Jakarta, Mediaperkebunan.id – Sawit berperan penting dalam ekonomi Indonesia. Sawit berkaitan erat dengan iklim. Iklim menjadi salah satu penentu produksi sawit. Karena itu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika akan meningkatkan kerjasama dengan pemangku kepentingan sawit. Ardhasema Sopaheluwakan, Deputi Klimatologi, BMKG menyatakan hal ini pada Climate User Forum Perkebunan.
Perubahan iklim sudah terjadi, saat ini suhu Indonesia sudah lebih tinggi 1,40 C dibanding masa lalu. Dampaknya terhadap kelapa sawit ada yang negatif dan positif. Semua pihak perlu saling mendukung supaya tujuan pembangunan tercapai. Harus dikembangkan strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada sawit, budidaya sawit yang lebih banyak menangkap karbon dan hasil olahan sawit jadi energi alternatif ramah lingkungan.
BMKG mendorong kolaborasi lebih lanjut misalnya menyediakan sediakan informasi iklim secara reguler untuk perkebunan sawit sehingga bisa membuat perencanaan jangka pendek dan panjang terkait iklim; penelitian dan inovasi untuk memahami perubahan iklim pada sawit; intervensi teknis pada perkebunan sawit terkait perubahan iklim; penyediaan informasi iklim di lapangan; edukasi literasi sehingga semua pemangku kepentingan sawit paham perubahan iklim dan dampaknya ; mengelola risiko dampak perubahan iklim.
“Kami minta kerjasama dengan semua pemangku kepentingan sawit untuk mengidentifikasi secara teknis kebutuhan industri sawit sehingga bisa menyediakan layanan iklim khusus sawit,” katanya.
Dirut PTPN III Holding, Muhammad Abdul Ghani menyatakan iklim merupakan unsur penting dalam budidaya pertanian. Budidaya pertanian adalah proses pemanenan energi matahari dengan konsolidasi air dan mineral untuk menghasilkan produk proses fotosintesis dan asimilasi. Cuaca, lama penyinaran sinar matahari, curah hujan, hari hujan merupakan variabel penting budidaya pertanian.
Perubahan iklim bisa meningkatkan atau menurunkan produktivitas lewat terganggunya proses fotosintesis atau serangan OPT. Dengan kemajuan teknologi, iklim bisa diprediksi. Dengan pengumpulan data bertahun-tahun tersedia cukup data untuk memprediksi dan mengantisipasi perubahan iklim.
“Kedeputian Klimatologi BMKG penting bagi perkebunan. Dukungan dan pelayanan Kedeputian Klimatologi BMKG sangat diperlukan pelaku usaha perkebunan. Infrastruktur dan kompetensi BMKG bisa digunakan oleh pelaku usaha perkebunan,” kata Ghani.
Direktur Perlindungan Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Kementan, Hendratmojo Bagus Hudoro menyatakan akibat perubahan iklim sangat ini fluktuasi hujan dan kemarau sangat cepat sehingga tidak mudah diprediksi, beda dengan masa lalu. Dampak negatif perubahan iklim adalah banjir, kekeringan, peningkatan jenis dan kualitas yang mengakibatkan turunnya produksi dan mutu. Pada kelapa sawit hal seperti ini harus segera dimitigasi.
Posisi kelapa sawit sangat penting bagi Indonesia karena berkontribusi besar pada perolehan devisa, penyediaan lapangan kerja dan sebagai bahan baku industri. Dengan luas 16,3 juta ha , komposisi perusahaan besar swasta 54%, pekebun 41% dan PTPN 5% dan produksi tahun 2023 48 juta ton, harus dijaga dengan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan.
Karena itu prospek iklim tahun 2025 harus menjadi perhatian untuk tata kelola kelapa sawit. Data iklim harus dimanfaatkan untuk menata perkebunan kelapa sawit, lakukan inovasi dan strategi menghadapi perubahan iklim.