2023, 19 Juni
Share berita:

Padang, Mediaperkebunan.id

Bicara kopi tidak akan pernah ada habisnya. Kopi memiliki peluang pasar yang sangat besar karena konsumsi kopi baik nasional maupun internasional terus meningkat, bahkan kini semakin marak bermunculan ragam produk olahan kopi.

Seiring dengan pengembangannya, tak dapat dipungkiri persaingan kopi di pasar global kian ketat. Tak hanya itu, petani kopi juga masih dihadapkan berbagai tantangan seperti luas lahan, produktivitas, kualitas produksi, harga, penyakit tanaman kopi bahkan ditambah dengan adanya perubahan iklim. Hal tersebut tentu dapat berdampak signifikan terhadap pendapatan petani dan perluasan kebun kopinya.

Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan, tentu tak tinggal diam, terus berupaya mencari solusi bagi petani. Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah, meminta jajarannya agar kontiniu melakukan pembinaan dan mensosialisasikan pentingnya kelembagaan yang melibatkan stakeholder terkait, demi menyiapkan petani menghadapi berbagai tantangan tersebut.

Selain itu, Andi Nur juga meminta jajarannya agar terus mendorong peran generasi muda dalam mengembangkan dan memajukan sektor perkebunan. “Inilah saatnya petani milenial ikut terjun langsung geluti dan kembangkan komoditas perkebunan beserta produk turunannya. Optimalkan inovasi dan hasilkan produk baru yang jitu. Kita perkaya dan sinergikan bersama kekuatan komoditas kita. Tentunya disesuaikan dengan trend pasar saat ini dan teknologi yang mumpuni, dengan didukung ide kreatif, inovatif dan komitmen yang kuat, agar kualitas hasil produksi hingga produk turunannya semakin bermutu baik, berdaya saing dan berpeluang ekspor menembus pasar global,” ujarnya.

Andi Nur menekankan, “Peluang usaha perkebunan terbuka lebar, untuk itu harus diperhatikan dan dipantau terus ketersediaan komoditas kedepannya, agar dapat terjamin dan keberlanjutan. Sudah saatnya regenerasi petani, diharapkan kita semua dapat bersinergi berkolaborasi bersama-sama memperkuat pertanian ini, mari ajak dan rangkul generasi milenial agar mau ikut menggeluti atau berwirausaha di bidang pertanian termasuk perkebunan,” ujar Andi Nur.

Baca Juga:  Agustus 2022, Perkebunan Masih Penyumbang Terbesar Ekspor

Generasi muda harus dapat melihat dan menangkap peluang dengan strategi yang baik dan tepat. Menjawab tantangan tersebut, di Sumatera Barat saat ini telah dibentuk Asosiasi Kopi Minang. Asosiasi ini hadir dengan program dan kegiatan yang difokuskan pada pengembangan brand kopi khususnya di Sumbar. Saat ini, anggota asosiasi telah mencapai 160 orang, terdiri dari petani, coffee shop hingga barista di Provinsi Sumbar. Pengurus baru komunitas sosial yang bergerak dan peduli akan kehadiran Kopi di Sumbar ini, dikukuhkan pada 14 Desember 2021 lalu dengan Ketua Umum AKM periode 2021 – 2024 adalah Putu Mulya Agung Wahyudi.

“Hadirnya Asosiasi ini, bertujuan agar nama kopi dari Sumbar terangkat di ranahnya sendiri. Kita ingin nama kopi Sumbar terangkat di ranah kita sendiri dulu, baru bicara nasional dan luar negeri. Sumbar ini daerah penghasil kopi, namun masih ditemui masyarakat ada yang menggunakan kopi dari luar. Kita hadir untuk mengelola dan mengajak petani serta edukasi masyarakat bahwa ini loh kopi terbaik di Sumbar, sehingga masyarakat Sumbar tahu dan menyadari kita punya potensi kopi terbaik,” ujar I Putu Mulya Agung Wahyudi selaku Ketua Asosiasi Kopi Minang, saat ditemui disela-sela kegiatan Penas XVI Tahun 2023 di Padang, Sumatera Barat.

I Putu menambahkan, konsistensi produk selama ini masih menjadi tantangan dalam memasarkan kopi asal Sumbar. Diketahui bahwa di Sumbar ada 7 titik daerah penghasil kopi yaitu Sijunjung, Solok, Solok Selatan, Tanah Datar, 50 Kota, Agam, dan Talamau Pasaman, yang tergabung dalam Coffee Minang Area. Dimana masing-masing daerah memiliki kondisi tantangan geografis yang berbeda sehingga dibutuhkan konsistensi dalam proses panen hingga menghasilkan biji kopi mentah.

Baca Juga:  Petani Milenial Diharapkan Tumbuh Semakin Berkualitas

“Karena itu perlu diseragamkan standar proses pengolahannya agar kopi yang dihasilkan bermutu baik. Sebagai contoh sentra penghasil kopi di Solok dengan kopi Solok Radjo, yang proses pengelolaannya mulai dari menanam hingga panen dan menghasilkan biji kopi mentah, sudah memenuhi standar yang baik,” jelas I Putu.

I Putu juga menjelaskan, kopi specialty terbaik yang dimiliki Sumbar saat ini adalah jenis arabika. Kopi jenis ini jumlahnya tidak banyak tapi kualitasnya terbaik. Jadi walau dengan jumlah sedikit namun kualitas kopi sangat bagus.

Menurut I Putu, asosiasi ini memfokuskan program dan kegiatannya untuk mengangkat brand kopi Minang. Ia menekankan pentingnya standarisasi proses pengelolaannya sehingga hasil kopinya konsisten dan pada akhirnya memiliki value atau nilai jual yang berdaya saing.