(Jakarta, Mediaperkebunan.id) – Biodiverse & Inclusive Palm Oil Supply Chain (BIPOSC) merupakan program kolaborasi Musim Mas bersama Livelihoods Fund for Family Farming (L3F), SNV Indonesia, dan ICRAF untuk bekerjasama meningkatkan kapasitas pekebun swadaya dengan mengaplikasikan perkebunan regeneratif. Rob Nicholls selaku General Manager Project & Program, Musim Mas Group dalam siaran pers yang dilakukan Rabu (17/10/2024) di Jakarta menyampaikan bahwa pekebun swadaya adalah kunci mencapai industri kelapa sawit yang berkelanjutan kedepannya. Oleh karena itu, kerja sama ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pekebun swadaya dalam hal teknis dan alternatif pendapatan yang bisa mencapai keberlanjutan.
“Bagi Musim Mas, pekebun swadaya merupakan kunci untuk masa depan industri kelapa sawit berkelanjutan. Kami telah memiliki program pemberdayaan pekebun swadaya terbesar di Indonesia yang dimulai sejak 2015. Namun kami percaya, bahwa kolaborasi dengan banyak pihak dapat memberikan dampak positif yang lebih luas. Kolaborasi bersama L3F, SNV Indonesia, dan ICRAF diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pekebun swadaya, khususnya kemampuan teknis pengelolaan lahan serta alternatif pendapatan untuk mencapai keberlanjutan pada rantai pasok kelapa sawit yang kaya akan keanekaragaman hayati dan bersifat inklusif,” tutur Rob Nicholls.
BIPOSC mempunyai tujuan untuk mencapai rantai pasokan minyak kelapa sawit yang diterapkan melalui perkebunan regeneratif dengan model agroforestri yang diadaptasi secara lokal. Diharapkan program BIPOSC dapat membuat rantai pasok minyak sawit yang berkelanjutan dan bebas deforestasi. Pada pelaksanaannya, program ini menargetkan pekebun swadaya sawit yang berada di bawah Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Labuhanbatu (APSKS LB). Asosiasi ini dibina oleh Musim Mas dan didorong mendapatkan sertifikat RSPO dan ISPO.
Rizki Pandu Permana selaku Country Director SNV di Indonesia, menyebutkan bahwa program yang dijalankan oleh BIOPOSC menerapkan perkebunan regeneratif dengan agroforestri. Perkebunan regeneratif penting untuk dijalankan karena dapat mengatasi isu kehilangan aneka ragam hayati dan perubahan iklim. Dengan menjalankan prinsip ini nantinya pekebun dapat meningkatkan kesehahatan tanah, mengurangi emisi gas rumah kaca, mengurangi kebocoran nitrogen, dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
“Sebagai organisasi mitra pembangunan global, SNV mendukung Pemerintah Indonesia memenuhi target Sustainable Development Goals (SDGs). Untuk mencapai hal tersebut, kami melaksanakan program yang efektif dan berdampak luas untuk transformasi di sektor pertanian dan pangan, energi, serta air. Dalam program BIPOSC, kami menerapkan perkebunan regeneratif dan model agroforestri secara komprehensif, sehingga kesuburan dan keanekaragaman hayati tanah dapat terus terjaga, dan bermanfaat besar bagi perekonomian dan kehidupan pekebun,” kata Rizki Pandu Permana.
Pendekatan yang dilakukan dalam progran ini adalah pelatihan Best Management Practices (BMP) perkebunan regeneratif seperti penggunaan pupuk kompos, penerapan teknik mulsa, pengaplikasian bio input, dan pengendalian hama terpadu. Sampai saat ini, pendekatan BMP telah dilakukan oleh 1.097 pekebun swadaya dengan luas lahan sebanyak 1.954 41 hektar. Terdapat juga fasilitator desa untuk memberikan pendampingan kepada pekebun.
“Saat mengunjungi pekebun kelapa sawit beberapa tahun lalu, mereka menyampaikan kekhawatiran terbesar terkait akses pupuk. Meskipun pupuk berperan penting dalam meningkatkan hasil panen, namun masih terdapat ketimpangan pemahaman terkait cara melindungi lahan dari degradasi jangka panjang. Pekebun swadaya membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang menjaga kesehatan dan struktur tanah, serta faktor penting lainnya. Inilah yang ingin diatasi oleh proyek BIPOSC, dan kami senang melihat para pekebun yang terlibat melaporkan tidak hanya hasil panen yang lebih tinggi, tetapi juga tanah yang lebih sehat pada lahan mereka saat ini,” imbuh Bernard Giraud, Co-founder and President of the Livelihoods.
Selain memberikan pelatihan, BIPOSC juga mendampingi peningkatan kapasitas institusi. Telah didirikan satu composing unit dengan kapasitas 100 sampai dengan 150 ton per bulan dan dikelola oleh APSKS LB. Composing unit mampu memproduksi pupuk kompos dengan harga yang lebih terjangkau. Pada tahun 2023, pupuk ini memperoleh keuntungungan hingga Rp 421 juta. Kedepannya composing unit mempunyai rencana untuk direplika pada beberapa lokasi lain.
“Salah satu dampak positif sudah dapat dinikmati para pekebun swadaya anggota APSKS LB adalah terbangunnya Composting Unit ini. Dengan harga yang lebih terjangkau, serta sistem bagi hasil yang diterapkan, telah mendorong para pekebun swadaya melakukan pemupukan dengan pupuk kompos. Saat ini, seluruh pekebun swadaya anggota ASPKS LB telah menggunakan pupuk kompos di kebun mereka,” ungkap Syahrianto, Ketua APSKB LB.
Saat ini sekitar 41% lahan sawit di Indonesia dikelola oleh pekebun swadaya dan angka ini diperkirakan akan terus naik hingga 60% pada tahun 2023. Untuk itu program BIPOSC sangat penting untuk membentuk masa depan produksi sawit yang berkelanjutan bagi Indonesia.