PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) saat ini mulai mendiversikasi bisnisnya sehingga tidak tergantung pada penjualan kecambah saja. Salah satu bentuk diversikasi itu adalah pupuk hayati bioneensis.
Menurut Fandi Hidayat, Ketua Kelompok Peneliti Ilmu Tanah dan Agronomi PPKS, Bioneensis merupakan pupuk hayati dengan formulasi berupa bahan aktif bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut fosfat, dan bakteri penghasil indole acetic acid yang diisolasi dari rhizosphere (daerah perakaran) kelapa sawit.
Bakteri yang terkandung di dalam produk ini berperan meningkatkan ketersediaan hara Nitrogen dan Phosphor dalam tanah sehingga dapat tersedia dan diserap dengan mudah oleh tanaman. Selain itu, kandungan bakteri penghasil IAA berperan dalam menghasilkan hormon-hormon yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.
Hasil pengujian di beberapa komoditas baik tanaman semusim (jagung, bawang merah) hingga tanaman tahunan (kelapa sawit, jeruk, mangga) menunjukkan bahwa aplikasi Bioneensis dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik hingga 50%.
“ Dengan demikian, melalui aplikasi pupuk ini tentunya dapat menekan biaya pemupukan hingga mencapai 30%. Di sisi lain, penggunaan pupuk hayati Bioneensis juga dapat meningkatkan kesehatan tanah yang dalam jangka panjang akan mendukung kelapa sawit berkelanjutan” kata Fandi.
Diakui oleh Fandi saat ini pasar pupuk hayati khususnya untuk sawit persaingan sangat ketat. Tetapi PPKS tetap masuk dan yakin mampu bersaing karena punya keunggulan.
Pupuk hayati Bioneensis memiliki keunggulan dibandingkan produk kompetitor lainnya, diantaranya: bahan aktif bakteri diisolasi langsung dari perakaran kelapa sawit, ramah lingkungan karena memanfaatkan by product (limbah) kelapa sawit dan tebu ; daya simpan lama dengan viabilitas bakteri tinggi; daya adaptasi tinggi pada berbagai kondisi pH tanah.
Dari segi harga, produk Bioneensis lebih murah dibandingkan dengan pupuk hayati lainnya. Harga produk kompetitor lebih mahal (Rp 12.500,00 – Rp 15.000,00 per tanaman), sedangkan harga produk Bioneensis (Rp 5.600,00 – Rp 6.750,00 per tanaman).
“Hingga akhir tahun 2019 ini kami menargetkan dapat menjual produk pupuk hayati Bioneensis hingga 250 ton. Sementara itu di tahun 2020 kami menargetkan dapat memproduksi dan menjual Bioneensis sekitar 100-125 ton per bulan atau sekitar 1.200-1.500 ton setahun,” kata Fandi lagi.