2021, 9 Desember
Share berita:

Medan, Mediaperkebunan.id

Saat ini tanah kelas 1 dan 2 sudah habis digunakan baik untuk kelapa sawit maupun komoditas lainnya. Kebun kelapa sawit banyak bergeser ke lahan marginal. Lahan marginal adalah lahan bermutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan. Salah satu lahan marginal yang digunakan untuk kelapa sawit adalah tanah berpasir.

Menurut Erik Obaja Barus dari Socfindo pada Webinar Socfindo Menyapa Petani Sawit yang diselenggarakan Media Perkebunan dan PT Socfin Indonesia, ciri khas dan kendala yang terjadi di tanah pasir adalah rendahnya unsur hara yang tersedia, tingginya pencucian unsur hara, ukuran butir fraksi tanah besar (>2mm), butirannya tidak kompak atau tercerai berai, daya menyimpan air rendah, kesuburan tanah rendah.

Solusi menanam kelapa sawit di tanah berpasir diawali dengan menggunakan benih unggul Socfindo. Kemudia menanam tanaman cover crop. Manfaat cover crop adalah menekan pertumbuhuan gulma, mengontrol erosi (konservasi tanah), memperbaiki kondisi tanah, menjaga suhu tanah dan mengurangi run off air tanah, menjaga iklim mikro tanah dan makro bagi tumbuhan, menambah bahan organik dan unsur hara. Cover crop Mucuna bracteata untuk 1 ha diperlukan 700 stek.

Aktivitas lain yang harus dilakukan pada tanah berpasir adalah pemberian bahan organik janjang kosong (jankos). Dosiisnya pada N0 10 ton/ha, per pokok 70 kg atau 70 jankos, disusun melingkar 10-15 cm dari batang, output pekerja adalah 5 ton per HB.

Manfaat Jankos adalah menambah unsur hara, memperbaiki sifat fisik kimia biologi tanah, menjaga kelembaban, meningkatkan kemampuan menyimpan air tanah, mencegah erosi, merangsang pertumbuhan akar tanaman.

Pada N1 dosisnya 20 ton/ha, per pokok 140 kg atau 46 jankos, disusun melingkar 50 cm dari batang. Dosis N2 30 ton/Ha, perpokok 210 kg atau 70 jankos per pokok, disusun gawangan. Dosis N3 45 ton/ha, perpokok 315 kg atau 105 jankos, disusun gawangan.

Baca Juga:  Harga Sawit Sumsel Rp 2.270 Per Kg

Jankos adalah pupuk gratis yang selama ini terabaikan. Sekitar 23% dari total TBS yang masuk ke pabrik menjadi jangkos. Sumber jankos untuk masyarakat adalah pabrik swasta yang tidak punya kebun, antar TBS ke pabrik pulang bawa jankos, perkebunan sawit yang tidak aplikasi jankos.

Aplikasi lain adalah solid dari PKS. Untuk tanaman baru dosis yang diberikan adalah 10 ton per hektar atau setara dengan satu kereta sorong (angkong) per pokok (70 kg/pokok). Pemupukan dengan prinsip 4T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu aplikasi.

Produksi yang dihasilkan di lahan berpasir dan lahan defisit air perkebunan Socfindo tanam bulan Juli 2018 (N3) produksi 18 ton TBS/ha/tahun. Tanam bulan Juli 2014 (N7) produksi 28 ton TBS/ha/tahun.

“Lahan marginal dapat menghasilkan produksi yang optimal bila dikelola dengan benar dan ditanam dengan bibit varietas unggul Socfindo,” kata Erik.