Jakarta, mediaperkebunan.id – Perencana Ahli Madya Direktorat Ketenagakerjaan BAPPENAS, Gayatri Waditra, menegaskan pentingnya peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam industri sawit untuk meningkatkan produktivitas. Hal ini disampaikannya dalam acara Jaga Sawitan pada Selasa lalu (26/02/2025) mewakili Direktur Ketenagakerjaan BAPPENAS.
Menurut Gayatri, peningkatan SDM harus dimulai dengan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman serta memberikan perlindungan kepada pekerja. Salah satu langkah strategis yang harus dilakukan adalah pelatihan vokasi berbasis industri.
“Kalau bicara tentang peningkatan produktivitas sawit, maka kapasitas SDM harus kita naikkan terlebih dahulu,” ujarnya.
Saat ini industri sawit menyerap lebih dari 16,2 juta tenaga kerja, di mana 4,2 juta di antaranya adalah pekerja langsung di subsektor perkebunan. Namun kebutuhan tenaga kerja dengan keterampilan menengah dan tinggi masih belum terpenuhi. Bahkan, lulusan program studi perkebunan sawit di perguruan tinggi banyak yang sudah mendapatkan pekerjaan sebelum lulus.
Dengan adanya Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), kebutuhan tenaga kerja diperkirakan akan semakin meningkat. Oleh karena itu pekerja di perkebunan rakyat perlu mendapatkan upskilling agar produktivitas dapat meningkat.
Namun masih terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi diantaranya adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pengawasan Ketenagakerjaan; Keterampilan dan Pengupahan; Hubungan Kerja dan Jaminan Sosial; Kesetaraan Gender di Tempat Kerja; dan Isu Pekerja Anak.
Gayatri menyoroti bahwa dalam aspek K3, masih banyak kondisi kerja yang belum sesuai standar. Meskipun pemerintah telah melakukan pengawasan, cakupan geografis yang luas menjadi tantangan tersendiri.
“Kami mengharapkan peran aktif dari perusahaan dan pekerja dalam memastikan keselamatan kerja,” ujarnya.
Untuk meningkatkan kapasitas SDM di industri sawit diperlukan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, serikat pekerja, perguruan tinggi, media, dan masyarakat. Selain itu terdapat tiga strategi utama yang harus dilakukan antara lain:
1. Reskilling dan Upskilling – Pemerintah telah menyediakan skema pelatihan vokasi yang didanai APBN, program pelatihan dari perusahaan, serta dukungan khusus dari BPDPKS.
2. Sistem Perlindungan Sosial Inklusif – Meningkatkan akses pekerja sawit terhadap jaminan sosial dan kesejahteraan yang lebih baik.
3. Investasi di Sektor Berkelanjutan – Mengembangkan industri sawit yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga berkelanjutan bagi lingkungan dan pekerja.
Menurut BAPPENAS peningkatan kemitraan DUDIKA di sektor sawit juga menjadi prioritas. Hal ini dilakukan melalui peningkatan pengakuan SKKNI oleh industri; Kolaborasi pengembangan pelatihan kerja (UPTP BPVP); Pengembangan kemitraan UMKM; Penguatan kemitraan dengan organisasi pengusaha, pekerja, dan asosiasi; dan Revitalisasi Komite Vokasi dengan menggabungkan Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dengan Industri (FKLPI) Dengan Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan (FKJP).
Gayatri menekankan bahwa untuk membawa industri sawit ke tingkat yang lebih maju, tenaga kerja juga harus berkembang. Peningkatan SDM menjadi kunci utama dalam mendukung produktivitas industri sawit. Melalui pelatihan vokasi, perlindungan sosial, dan investasi berkelanjutan, diharapkan industri sawit Indonesia semakin maju dan mampu bersaing di pasar global.
“Diperlukan kolaborasi semua pihak agar SDM di industri sawit bisa naik ke level berikutnya,” tutupnya.