2023, 16 September
Share berita:

Medan, Mediaperkebunan.id

Harga CPO kedepan diperkirakan akan terkoreksi, tetapi masih pada level yang menguntungkan. “Harga CPO yang diperkirakan akan turun tidak akan membuat pelaku usaha perkebunan sawit rugi, tetapi keuntungan yang akan berkurang,” kata Dendi Ramdani, Departement of Head Industry and Regional Research, Office of Chief Economist Bank Mandiri, pada Forum Group Disccusion (FGD) Industri Kelapa Sawit dengan tema “CPO Price and Economy Outlook 2023-2004” , yang diadakan BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) di Medan.

Kedepan faktor positif yang mempengaruhi harga CPO dalam jangka pendek adalah program B35; permintaan domestik yang kuat; kesempatan di pasar negara  non tradisional (diluar China dan India) yaitu Pakistan, Bangladesh dan Mesir. Dalam jangka menengah/panjang upaya peningkatan produktivitas; upaya peremajaan ; penerapan prinsip-prinsip Enviromental, Social and Governance.

Sedang faktor negatif dalam jangka pendek normalisasi harga CPO dunia, penerapan UU anti deforestasi oleh Uni Eropa; penerapan non tariff barriers lainnya di Eropa; perlamabatan atau resesi ekonomi global. Sedang dalam jangka menengah/panjang adalah kenaikan upah tenaga kerja; kemunculan pesaing yaitu negara produsen CPO di dunia dari Afrika dan Amerika Latin; investasi sektor hilir yang lambat.

Pemerintah menaikkan bauran biodiesel menjadi 35% (B35)  pada Pebruari 2023. Bauran yang terdiri dari bahan bakar solar 65% dan Fatty Acid Methyl Ester (FAME 35%). Pemerintah juga menetapkan alokasi produksi FAME sebesar 13,15 juta KL. Kebutuhan CPO untuk FAME diperkirakan 9,8 juta ton, naik dari alokasi 2022 9 juta ton.

Harga CPO diperkirakan akan terkoreksi seiring dengan normalisasi produksi minyak nabati, namum tetap pada level yang menguntungkan. Sentimen positif yang bisa membuat harga CPO naik kembalinya permintaan Tiongkok, kenaikan campuran biodiesel dan El Nino.

Baca Juga:  Perjuangan Kartini dalam Sawit Indonesia

Sentimen negatif yang bisa membuat harga CPO turun adalah normalisasi produksi minyak nabati; perlambatan ekonomi global dan tingginya tingkat suku bunga; kembalinya sunflower dari Ukraina, ekspetasi ekonomi Tiongkok yang lebih rendah dari perkiraan.