Palangkaraya, Mediaperkebunan.id
Secara nasional , sektor pertanian adalah sektor ekonomi terbesar ke empat dalam pemberian kredit perbankan. Namun di Kalimantan sektor pertanian menjadi sektor terbesar dalam pemberian kredit perbankan. Magfur, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah menyatakan hal ini dalam Borneo Forum beberapa waktu yang lalu.
Sekitar 92% kredit pertanian di Kalimantan diberikan kepada debitur di perkebunan sawit. Sedang industri pengolahan di Kalimantan 39% diberikan pada industri minyak goreng kelapa sawit. Secara spasial, Kalimantan Tengah menjadi provinsi dengan pangsa pasar kredit sektor pertanian dan industri pengolahan terbesar se-Kalimantan sebesar 49%.
Sampai Juli 2022 penyaluran kredit bank umum ke sektor pertanian sebesar 45% dari total kredit di Kalteng dengan nilai mencapai Rp30 triliun. Sekitar 88% dari kredit pertanian ini disalurkan pada debitur perkebunan kelapa sawit.
Kinerja kredit sektor perkebunan kelapa sawit tergolong baik, dengan rasio NPL (kredit bermasalah) 1,51%. Kalau dilihat sebaranya, penyaluran kredit pertanian di Kalteng terkonsentrasi di Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur. Sekitar 46% kredit pertanian diambil debitur di kedua kabupaten ini. Kredit pengolahan juga 83% ada di dua kabupaten ini. Hal ini sejalan dengan luas lahan perkebunan di Kalteng terkonsentrasi di 2 kabupaten ini.
Saat ini produksi CPO di Kalimantan masih terbatas pada minyak goreng, shortening dan biodiesel. Sebagian CPO juga dikirim ke beberapa pabrik di Sumatera, Jawa dan Malaysia untuk diolah kembali menjadi prodk turunan yang lebih kompleks.
Produk turunan minyak sawit di Kalmantan mayoritas langsung diekspor ke luar negeri karena beberapa korporasi besar di Kalimantan yang dominan berorientasi pada pasar ekspor. Kedepan hilirisasi masih dapat ditingkatkan untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi sawit di Kalimantan.
Dengan luas lahan sawit di Kalimantan yang mencapai 6,12 juta ha dan produktivitas 3,79 ton/ha produksi CPO mencapai 19,41 juta ton atau 39% terhadap produksi nasional. Sekitar 76% CPO langsung diekspor ke luar negeri, 24% diproses di dalam negeri menjadi produk turunan (produk setengah jadi maupun jadi).
Produksi setengah jadi dari CPO yang diolah di Kalimantan adalah olein, stearin dan PFAD. Mayoritas dikirim ke Jawa untuk bahan baku refinery (margarin, shortening , bahan kosmetik). Sebagian besar dikirim ke satu group perusahaan , ada juga yang diekspor ke India. Sedang dari CPKO diolah menjadi cocoa butter substitute kemudian ekspor untuk industri komestik di Tiongkok dan India.
Produk hilir yang dihasilkan Kalimantan adalah minyak goreng dan biodiesel. Ada 5 pabrik minyak goreng di Kalimantan, dipasarkan ke sebagian wilayah di Kalimantan. Sedang ke Jawa dalam bentuk curah untuk dikemas Surabaya). Di Kotawaringin Timur juga ada pengemasan minyak goreng. Minyak goreng kemasan Kalimantan dengan kemasan 0,5,1 dan 2 kg merek Alif diekspor juga ke Malaysia. Ada 5 pabrik biodiesel di Kalimantan, semuanya dipasarkan di dalam negeri ke PT AKR Corporation dan Pertamina, sebagian besar untuk memenuhi permintaan Banjarmasin.