Bogor, mediaperkebunan.id – Niat majukan industri kelapa Indonesia, Roemah Kelapa Indonesia lakukan kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Diketahui, Indonesia saat ini bukan produsen dan pemilik kebun kelapa terluas di dunia. Tata kelola kelapa Indonesia juga sudah jauh tertinggal dibanding negara-negara produsen utama lainnya seperti Filipina, India dan Srilanka.
“Karena itu untuk membangkitkan kembali kejayaan kelapa Indonesia kolaborasi menjadi kunci utama program pegembangan kelapa. Karena itu RoeKi melakukan kerjasama dengan IPB,” kata Galih Batara Muda, Ketua Umum RoeKI.
Dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama, Roemah Kelapa Indonesia, dikenal dengan RoeKi diwakili oleh Galih Batara Muda dan IPB diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Pengembangan Inovasi dan Pengembangan Agromaritim, Prof. Dr. Ir. Ernan Rustiadi M. Agr pada Kamis, 30/1/2025 di Kampus IPB.
Menurut Galih saat ini dari anggota RoeKi masuk banyak laporan kebun kelapa yang rusak, dikonversi jadi tanaman lain dan regenerasi petani yang tidak berjalan. Karena itu membangkitkan kembali kejayaan kelapa Indonesia berkaitan dengan kedaulatan pangan melalui kemitraan petani, industri, Pemda.

RoeKI akan langsung bergerak melakukan berbagai rencana yaitu membangun pusat perkulakan kelapa yang mempertemukan petani dan industri; membangun industri kelapa terpadu dari hilir ke hulu yang nir limbah dan mandiri energi; peremajaan kelapa secara komprehensif; Coco Academy yang merupakan pelatihan petani dan standarisasi kelapa; membangun industri MCT berbahan baku kelapa.
“Semua rencana RoeKI ini membutuhkan keahlian dari akademisi berbagai ilmu di IPB,” katanya.
Program segera yang akan dilaksanakan adalah menanam kelapa Pandan Wangi di Joggol Valey IPB yang selanjutnya menjadi coco learning centre bagi petani kelapa.
RoeKi juga menjalin kerjasama dengan Pemkab Meranti membangun hilirisasi kelapa, Pemkab Inhil sebagai pusat pelatihan pengembangan perkelapaan di lahan gambut sekaligus pusat pelatihan pertanian. Pusat Perkulakan Kelapa dibangun di P Moro, Kepulauan Riau untuk kelapa dari Riau, Kepri dan Jambi dengan jumlah kelapa 3 juta butir perhari.
MoU ini diharapkan menjadi kekuatan besar untuk menghadapi tantangan kelapa yang sangat besar, yang menjadi game changer perkembangan perkelapaan di Indonesia.

Prof. Dr. Ir. Ernan Rustiadi M. Agr menyatakan IPB selama ini sering berdikusi dengan Menteri Perencanaan Pembangunan/Ketua Bappenas pemerintahan yang lalu, bahwa potensi kelapa besar tetapi yang dimanfaatkan masih kecil. Ekspor kelapa segar tidak sejalan dengan semanggat hilirisasi. Sawit hilirisasi sudah jauh melebihi kelapa.
Padahal kelapa potensinya sangat besar karena tersebar merata di seluruh wilayah tanah air. Beberapa kabupaten kelapa sangat menonjol seperti Inhil yang 90% petaninya merupakan petani kelapa. Dengan MoU ini IPB juga akan melakukan konsolidasi perkelapaan.
“RoeKI sudah tepat melakukan MoU dengan IPB karena bagaimanapun IPB adalah perguruan tinggi pertanian terbaik di Asia Tenggara versi QS World University Rangking, sedang di Asia nomor 8 dan di dunia nomor 51. Pertanian menjadi modal dasar IPB mendunia dan berkolaborasi dengan banyak pihak. Kedepan diharapkan bukan hanya hilirisasi sawit saja yang berjaya di dunia tetapi kelapa juga. Salah satu pekerjaan rumah yang besar adalan peremajaan kelapa,” kata Prof Ernan.
MoU hari ini juga bisa menjadi jalan Indonesia lepas dar jebakan negara berpendapatan memengah. Untuk naik kelas dari negara berpendapatan menengah menjadi maju maka jalannya adalah peniruan tekniologi, inovasi dengan mengembangkan teknologi sendiri dan investasi. IPB bisa berperan dalam inovasi. Perguruan tinggi China sudah berbicara untuk kerjama dengan IPB dalam bidang perkelapaan.