Salah satu keberhasilan peningkatan produksi padi dan jagung adalah pemberian benih gratis pada petani. Berkaca pada pengalaman itu Menteri Pertanian sudah menginstruksikan supaya mulai tahun depan bukan padi jagung saja yang digarap tetapi semua komoditi, terutama yang spesifik Indonesia. Cabai dengan gertam cabai pembagian benih juga berhasil baik. Muhammad Syakir, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perkebunan menyatakan hal ini seusai penandatanganan nota kesepahaman Balitbangtan dengan Provinsi Sumatera Barat, Kota Solok dan Kabupaten Dharmasraya.
Khusus untuk perkebunan pembagian bibit gratis meliputi kopi, kakao, cengkeh dan pala. Saat ini Balitbang sedang menyiapkan bibit unggul komoditas di atas. Khusus kakao Balitbang sudah melepas varietas BL 50 dengan produktivitas 4,3 kg/pohon.
Hal ini sesuai dengan instruksi menteri pertanian supaya Indonesia menjadi produsen kakao terbesar di dunia. Pertama kali harus dihasilkan varietas unggul yang dipercepat pelepasanya, juga dengan perluasan di areal yang agroklimatnya cocok.
Kiprah Balitbangtan di Sumbar dalam pengembangan tanaman perkebunan, selama ini adalah dalam pengembangan atsiri. Beberapa daerah terbukti cocok untuk atsiri sehingga akan didorong supaya semakin banyak produk turunannya. Daun yang sudah disuling bisa dijadikan pakan ternak sehingga pendapatan petani semakin meningkat.
Di Kabupaten Dharmasraya, Balitbangtan membangun KP Sitiung sebagai salah satu pusat pelestarian plasma nutfah kelapa sawit tingkat nasional. Terdapat 117 asesi kelapa sawit asal Kamerun, juga dari 2 negara lainnya dan semua produsen kecambah di Indonesia. Plasma nutfah ini akan digunakan sebagai bahan untuk merakit dan menciptakan varietas unggul kelapa sawit. Koleksi plasma nutfah di Sitiung ini merupakan kelas dunia.
Indonesia sebagai produsen terbesar minyak kelapa sawit perlu mempertahankan dengan menghasilkan varietas unggul lewat rekayasa genetik. Hal ini bisa dicapai bila Indonesia punya koleksi plasma nutfah. Balitbangtan juga mengembangkan integrasi sapi sawit di sini dan sudah diadopsi petani.
Melalui kegiatan primatani tahun 2002, BPTP Sumbar memperkenalkan tanaman kopi arabika yang didatangkan dari Puslitkoka Jember. Kopi itu sekarang berkembang dan dihasilkan kopi bubuk dengan merek Kopi Rajo yang citarasanya mendunia.