Medan, Mediaperkebunan.id – Sejumlah wakil rakyat di Komisi VI DPR-RI sudah mewanti-wanti Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) terkait gejolak harga dan pasokan minyak goreng bersubsidi dengan merek Minyakita yang terjadi menjelang datangnya bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Di Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara (Sumut), pun terungkap kalau harga Minyakita di sejumlah pasar tradisional sudah mencapai Rp 17.000 per liter. Lebih tinggi ketimbang harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah sebesar Rp 15.700 per liter.
Fakta tersebut berdasarkan temuan dari pihak Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah (Kanwil) I Sumatera bagian Utara (Sumbagut) dan Bidang Perdagangan Dalam Negeri (Dagdri) Dinas Perdagangan Perindustrian, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM), belum lama ini. Melihat hal ini, Gunawan Benjamin selaku pengamat ekonomi asal kota Medan mengingatkan Pemerintah tentang bahaya yang mengintai di balik naiknya harga Minyakita di atas HET. Terutama bila dibandingkan dengan harga minyak goreng curah.
“Bukan tidak mungkin nanti kita akan menemukan fakta kalau harga minyak goreng curah justru lebih kompetitif atau lebih murah dari harga Minyakita. Kalau sudah seperti itu Minyakita juga tidak akan laku,” kata Gunawan Benjamin kepada Mediaperkebunan.id, Sabtu (1/2/2025).
Kata pengajar di sejumlah kampus ternama di Kota Medan ini melihat dalam kondisi tersebut terlihat betapa pentingnya KPPU atau Disperindag melakukan pemantauan sekaligus pengawasan di setiap rantai pasok Minyakita.
“Setidaknya Pemerintah bisa memastikan terlebih dahulu bahwa harga (Minyakita) terbentuk dari mekanisme pasar yang sempurna,” saran Gunawan Benjamin.
Untuk menemukan pemicu kenaikan harga minyak goreng kemasan Minyakita di lapangan, maka Pemerintah bisa melakukan sejumlah upaya, seperti memastikan terlebih dahulu berapa harga Minyakita di level produsen.
“Jika di level produsen harga Minyakita tidak mengalami kenaikan, maka selanjutnya adalah memantau rantai distribusi dari produsen ke konsumen,” saran Gunawan Benjamin.
Dirinya yakin dari proses pemantauan hulu ke hilir bakal ditemukan berapa harga Minyakita di setiap rantai pasok, termasuk di level pedagang pengecer atau grosir. Menurut Gunawan Benjamin, jika pedagang grosir membeli Minyakita dan harganya sudah di atas HET, maka tinggal hitung berapa selisih harga di level grosir dengan HET-nya.
“Kalau selisih harganya sekitar Rp 1.000 per liter, maka gali lebih dalam lagi bagaimana pembentukan harga di level distributor paling dekat dengan produsen di tingkat D0 atau D1,” saran Gunawan Benjamin.
“Namun kalau selisih harga Minyakita sudah mencapai Rp 2.000 per liter atau lebih, maka dugaan bisa mengarah kepada kemungkinan kenaikan harga di level produsen,” tuturnya lebih lanjut.
Gunawan Benjamin mengaku kalau paparannya tersebut hanya dugaan saja, karena semakin jauh rantai pasokan Minyakita. Terutama dari produsen ke konsumen, maka harga Minyakita selisihnya juga bisa semakin besar.
Saat ini, beber Gunawan Benjamin, harga Minyakita itu ada yang dijual Rp 17.000 atau Rp 17.500 per liter di level pedagang pengecer, dan umumnya harga terbentuk di wilayah kota-kota besar provinsi. Dan selisihnya, kata dia, kurang dari Rp 2.000 dari HET Minyakita yang berada di angka Rp 15.700 per liter. Dirinya yakin prakteknya di level pengecer maupun grosir itu harga Minyakita kerap dibulatkan menjadi Rp 16.000 per liter.
“Artinya dengan selisih yang hanya sekitar Rp 1.000 per liter, maka dugaan terjadi penyimpangan harga itu paling besar terjadi di level pedagang, baik distributor, pedagang besar, grosiran hingga pengecer,” ucapnya penuh keyakinan.
Ia bilang pemicunya adalah karena harga minyak goreng curah jauh di atas Rp 17.300 per Kg, dan hal ini yang membuat konsumen beralih dari minyak goreng curah ke Minyakita. Dia melihat kalau saat ini harga minyak goreng curah di beberapa kota besar provinsi di Sumut berada dalam rentang Rp 18.000 hingga Rp 19.000 per Kg, terhitung turun seiring penurunan harga produksi dari CPO.
“Realisasi itu akan menekan harga Minyakita nantinya. Tetapi Pemerintah saat ini seakan memiliki target bagaimana mengembalikan harga Minyakita sesuai HET yang ditetapkan,” sambung Gunawan Benjamin.
“Dan ini bukan perkara mudah, apalagi kalau pasokan Minyakita tidak diperbanyak. Karena kalau mengharapkan biaya produksi turun seperti terjadi penurunan harga CPO, maka bukan tidak mungkin harga minyak goreng curah bisa lebih murah dibandingkan dengan hargam Minyakita,” tegas Gunawan Benjamin.