2022, 12 Januari
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Hasil pemetaan yang dilakukan Auriga Nusantara terhadap luas tutupan kebun kelapa sawit milik petani swadaya adalah 2,3 juta ha. Petani swadaya yang dimaksud adalah sesuai regulasi kepemilikan dibawah 25 ha. Dedy P Sukmara, Direktur Data dan Informasi Auriga Nusantara menyatakan hal ini.

Dari luas sebesar itu, sebanyak 88,7% atau 2.042.093 Ha berada di Sumatera. Lainnya tersebar di Kalimantan 171.854 ha (7,5%), Sulawesi 72.482 Ha (3,1%), Jawa 9.240 Ha (0,4%), Maluku 3.616 Ha (0,2%) dan Papua 2.328 Ha (0,1%).

Dari 26 provinsi penghasil sawit , sekitar 91,4% tutupan sawit berada di 10 provinsi yaitu Riau 812.011 ha, Sumatera Utara 515.942 ha, Lampung 159.966 ha, Kepulauan Bangka Belitung 116.968 ha, Bengkulu 115.447 ha, Sumatera Utara 77.208 ha, Sumatera Selatan 68.248 ha, Aceh 65.458 ha, Kalimantan Barat 62.458 ha.

Sedang 10 kabupaten/kota dengan tutupan sawit swadaya terluas adalah Rokan Hilir 238.263 ha, Bengkalis 174.400 ha, Rokan Hulu 163.885 ha, Labuhan Batu 77.281 ha, Labuhan Batu Selatan 77.250 ha, Padang Lawas 75.574 ha, Padang Lawas Utara 58.289 ha, Simalungun 52.073 ha, Kota Dumai 48.344 ha. Bengkulu Utara 45.723 ha.

Peta indikasi tutupan sawit rakyat Auriga ini dapat mendukung industrialisasi berbasis rakyat yaitu peningkatan produktivitas melalui peremajaan sawit rakyat; penyelesaian sawit di kawasan hutan, registrasi sawit rakyat melalui STDB, industrialisasi tata kelola sawit rakyat berbasis; mendorong usaha budidaya sawit rakyat berkelanjutan.

Cara yang ditempuh Auriga sampai pada angka ini adalah dengan pengindraan jauh yang memanfaatkan citra satelit dan foto udara. Pemetaan sawit rakyat dilakukan dengan pendekatan intepretasi visual yang merupakan proses penafsiran yang melibatkan deteksi, identifikasi, delineasi dan klasifikasi kenampakan penutupan lahan citra dengan mengandalkan pada observasi secara visual dan penarikan garis batas kenampakan secara manual.

Baca Juga:  Kemendes PDT Dukung Replanting Kelapa Sawit dan Karet Di Lahan Transmigrasi

Karateristik kunci interpretasi adalah luas kurang dari 25 ha, mosaik lanskap tidak seragam, tidak ada tanda-tanda investasi seperti jaringan jalan terstruktur, kanal besar, pembukaan kanal skala besar dan blok afedling. Citra satelit yang digunakan adalah Citra Spot 6/7 (LAPAN) , Citra Planet (NIFCI) dan Citra Landsat 8.

Data ini digabung dengan peta HGU perkebunan sawit kompilasi sampai tahun 2018 yang diterbitkan Kemen ATR/BPN, peta izin lokasi/izin usaha perkebunan kompilasi sampai tahun 2018 yang diterbitkan Dinas Perkebunan Daerah, peta pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan sawit sampai tahun 2018 yang diterbitkan KLHK. Ditambah dengan drone otrhophoto mosaic tahun 2018 oleh Auriga, peta tutupan sawit nasional 2019 oleh Auriga dan Treemap, peta tutupan sawit baru tahun 2020 (Auriga) dan peta tutupan sawit swadaya 2019 (Auriga).

Auriga melakukan pemetaan karena selama ini data dan informasi terkait perkebunan sawit rakyat masih terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa sawit rakyat belum mendapat tempat dalam kebijakan pengembangan tata kelola industri sawit di Indonesia.

Data yang ada saat ini adalah data estimasi yang bersifat tabular yaitu yang tersaji di Buku Statistik Perkebunan 2019-2021 5.897.755 ha. Keterbatasan data menyebabkan instrumen kebijakan terkait pengembangan perkebunan sawit rakyat berisiko tidak tepat sasaran seperti PSR, program bantuan benih dan pupuk.

Secara umum industri sawit nasional juga ditekan oleh isu-isu negatif terkait tata kelola seperti deforestasi, perubahan iklim dan isu lingkungan lainnya termasuk rantai pasok. Untuk menjawab hal ini perlu ada data spatial perkebunan sawit.
.