Asosiasi Petani Kelapa Sawii PIR Indonesia (ASPEKPIR INDONESIA) mengirim surat pada Kantor Perwakilan WHO di Jakarta dengan merujuk pada materi kampanye online terbaru yang diterbitkan oleh kantor regional WHO di Mediterania Timur dan di Eropa, masing-masing berjudul “Saran Nutrisi untuk Orang Dewasa selama Covid -19 ”dan“ Kiat Pangan dan Gizi Selama Karantina.
Menurut Ketua Umum ASPEKPIR Indonesia, Setiyono, kampanye itu merupakan publikasi negatif sekaligus mendiskriminasi untuk tidak membeli minyak kelapa sawit tersebut akan mengancam kesejahteraan jutaan anggota ASPEKPIR INDONESIA (Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR Indonesia ) dan petani kecil di berbagai negara, yang pada saat yang sama telah merasakan berbagai dampak ekonomi dan sosial dari pandemi.
ASPEKPIR menghargai inisiatif WHO yang baik dalam memberikan saran nutrisi bagi masyarakat Indonesia , tetapi sangat prihatin dengan konten materi tersebut yang tidak berimbang dan bahkan meninggalkan konsumsi minyak kelapa sawit sebagai produk yang layak dikonsumsi selama pandemi.
Asumsi bahwa konsumsi minyak sawit berdampak buruk terhadap kesehatan merupakan pendapat yang keliru dan masih dipertentangkan, mengingat terdapat berbagai penelitian lain yang menunjukkan manfaat nutrisi minyak sawit, termasuk untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Contohnya penjelasan Profesor Sri Raharjo Guru Besar Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Gadjah Mada Sangat penting mengkonsumsi minyak sawit merah alami atau virgin red palm oil (VRPO) yang mengadung asam palmitat,provitamin A,vitamin E serta vitamin C untuk menjaga kesehatan paru – paru dalam menhadapi pandemi Covid -19 ini .
“Karenanya, konten semacam itu semakin memperburuk citra dan mispersepsi mengenai minyak kelapa sawit, dengan mengabaikan berbagai penelitian yang justru membuktikan manfaat baik kelapa sawit untuk kesehatan,” kata Setiyono.
Setiyono mencatat bahwa informasi tersebut diambil dari saran yang bersifat umum (general advice) WHO mengenai prinsip-prinsip diet sehat. Namun demikian, mengkaitkan secara langsung saran yang bersifat umum tersebut dengan konteks pandemi yang bersifat spesifik, berpotensi menjadi informasi yang menyesatkan (misleading information), karena seolah-olah menyampaikan bahwa mengkonsumsi “saturated fats” menjadi penyebab langsung peningkatan resiko terkena penyakit menular, khususnya Covid-19. Informasi yang menyesatkan ini antara lain tercermin pada bahasa yang digunakan (“don’t eat”) pada materi yang berformat diagram infografis tersebut.
Aspekpir Indonesia meminta kepada WHO untuk mencabut isi publikasi negatif tersebut,dan menerapkan prinsip imparsialitas sebagaimana layaknya Badan PBB, menciptakan perspektif yang lebih seimbang tentang asupan minyak nabati dalam diet sehat, khususnya minyak sawit, serta menerapkan prinsip kehati-hatian ketika menerapkan saran yang bersifat umum ke dalam konteks yang bersifat khusus.
Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR Indonesia juga minta agar Kantor Perwakilan WHO di Jakarta meneruskan permintaan pencabutan isi plubikasi ini kepada WHO Pusat maupun kantor-kantor regional WHO terkait lainnya, serta melakukan langkah penyesuaian yang diperlukan