Arang terutama arang briket untuk shisha, bagi Asep Jembar Mulyana , Dirut/owner PT Tom Cococha Indonesia, adalah produk turunan kelapa yang paling unggul dibanding yang lain kalau dilihat dari berbagai parameter bisnis. Hal ini disampaikan dalam perbincangan dengan Mediaperkebunan.id.
Pertama dari sisi pasar, demand jauh lebih besar dari suply. “Coba mana ada bisnis yang seperti ini. Bisnis arang termasuk bisnis yang tahan krisis. Saya mengalami semua krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia dan tetap selamat bahkan semakin tersenyum. Arang 100% bahan baku lokal pasar 100% ekspor. Penerimaan kita dalam bentuk dollar,” kata Asep.
Kedua ini yang harus diperhatikan pemerintah. Sampai saat ini belum ada satu negara atau organisasi apapun yang mengatur harga arang briket. Asep sangat bebas sekali menentukan harga. Saat ini harga arang briket Tom Cococha merupakan yang paling mahal dibanding pabrik lainnya.
Ketiga sifat marketnya sustainable. Industri briket arang tempurung 95% fokus untuk industri sisha. Sisha yang asalnya dari Timur Tengah sekarang sudah mendunia dan merupakan gaya hidup baru. Sifatnya sama dengan rokok berapapun kenaikan harga orang tetap akan membeli.
Tetapi bukan berarti tidak ada kendala. Begitu hebat dan menariknya bisnis ini, dalam 5 tahun terahir pabrik briket tumbuh bagai jamur di musim hujan. Pabrik-pabrik baru dengan skala home industri tumbuh di mana-mana, semua orang berlomba-lomba membuatnya.
Tetapi seperti jamur yang hidupnya hanya sebentar, demikian juga pabrik tadi berdiri sebentar terus tutup. Meskipun sekarang sudah ada Persatuan Pengusaha Arang Kelapa Indonesia (Perpaki) tetapi belum mampu menyentuh akar pokok permasalahan industri ini.
Pasar arang tidak ada standarisasi produk. Pemerintah juga perlu tahu bahwa hanya Indonesia yang bisa membuat arang batok kelapa untuk shisha. “Indonesia bisa jadi raja arang shisha dunia. Tetapi sekarang malah perang antar produsen sendiri. Padahal kalau sepakat menentukan harga pembeli tidak ada pilihan lain,” katanya.
India sebagai produsen arang terbesar di dunia tidak bisa membuat arang shisha, karena kalau bisa sudah lama Indonesia mati. Mereka sudah berusaha membuatnya dan belajar langsung di Tom Cococha tetapi tetap tidak mampu membuat.
Asep yakin untuk turunan kelapa yang lain seperti desicated coconut, karbon aktif dan lain-lain sekeras apapun usahanya Indonesia tidak akan pernah menjadi raja dunia. Negara lain jauh lebih kuat dan sudah puluhan tahun memproduksi seperti India, Srilanka dan Filipina, meskipun Indonesia adalah pemilik kebun kelapa terluas di dunia.