Belakangan ini banyak orgnisasi petani hanya sebagai kedok atau topeng untuk mencari keuntungan bagi beberapa pihak atau kelompok saja. Melihat hal ini Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) harus bisa merubah image tersebut bahwa tidak semua organisasi petani berperilaku seperti hal tersebut.
“Hal ini karena APTRI berasal dari petani tebu dan harus bisa membawa aspirasi petani tebu,” kata Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) H.M. Arum Sabil.
Lebih lanjut, menurut Arum, organisasi APTRI harus benar-benar ada diantara organisasi petani lainnya. Jangan sampai organisasi ini hanya ada stempelnya, kop suratnya dan papan namanya saja, atau ada hanya ketika Munas, hanya ada ketika rapat-rapat. APTRI harus hadir setiap saat untuk menjadi pendamping bagi petani dan untuk menjadi mitra yang baik dengan pabrik gula.
Dihadapan pejabat Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan Kementerian Pertanian, Arum mengatakan, belakangan ini banyak lahir organisasi-organisasi dengan nama dan atas nama petani. Kelahiran organisasi-organisasi tersebut patut disambut gembira dengan catatan organisasi-organisasi itu memiliki visi dan misi untuk kepentingan petani.
Bahkan jika ada organisasi yang akan muncul tumbuh dan benar-benar punya kekuatan dan kemampuan untuk menyelamatkan dan mensejahterakan petani sepatutnyalah untuk didorong bersama-sama agar menjadi lebih kuat.
Sayangnya, lanjut Arum, sejarah membuktikan bagaimana mulai munculnya organisasi dengan nama dan atas nama petani, tapi hanya dijadikan alat legitimasi untuk kepentingan para pemburu fee impor.
“Kami berbicara secara terbuka kepada Ditjen Perkebunan dan menyampaikan persoalan kemunculan organisasi yang mengatasnamakan petani, namun ternyata menjadi alat legitimasi untuk pengajuan izin impor gula mentah,” urai Arum.
Belajar dari pengalaman seperti itu, Arum minta agar pemerintah tidak berperan ganda. Dalam hal ini menunjuk kepada persoalan penerbitan izin impor gula mentah oleh pemerintah. “Satu sisi pemerintah –entah dengan pertimbangan apa– melakukan impor.
Namun ketika impor tersebut dinilai tidak rasional, maka dimunculkanlah orang-orang yang seolah-olah pendukung pemerintah dan dihadirkan organisasi-organisasi dengan nama petani dan atas nama petani. “Ini menjadi tidak bagus, karena dalam jangka panjang ini akan meruntuhkan martabat bangsa, terutama kalau sampai terjadi ketergantungan terhadap gula impor,” kata Arum.
Selanjutnya Arum juga berharap agar jangan sampai ada organisasi yang dilahirkan dan disiapkan menjadi pasukan untuk menghancurkan pabrik gula. Indikasi tentang hal ini sudah mulai kelihatan, bagaimana ada organisasi dengan nama dan atas nama petani menyerang pabrik gula. Dibuat pabrik gula itu di mata publik itu menjadi tidak dipercaya, dibuat pabrik gula yang berbasis tebu itu yang sampai pada akhirnya dianggap tidak efisien dan harus ditutup.
“Saya melihat ini bagian dari by design agar pabrik-pabrik gula di bawah BUMN ini dimatikan, kalau sudah mati, secara otomatis, kita walaupun tanam tebu mau digiling kemana kalau tidak punya pabrik gula, yang akan muncul nanti adalah pabrik-pabrik gula yang hanya sebagai kedok untuk melakukan impor gula mentah,” tegas Arum
Menurut Arum kondisi seperti itu harus diwaspadai. Karena bukan tidak mungkin kelak di Sulsel akan hadir pabrik gula baru. Kalau itu terjadi, sambutlah dengan sukacita kehadirannya, namun dengan persyaratan bahwa pabrik gula tersebut bersedia menanam tebu di bumi Sulsel dan mau bekerjasama dengan petani tebu di wilayah Sulsel`
“Tetapi kalau sampai pendirian pabrik gula itu hanya sebagai kedok untuk mengimpor gula mentah, itu sama dengan menciptakan mesin pembunuh roda perekonomian masyarakat pedesaan khususnya petani tebu yang ada di Sulsel. Menyikapi permasalahan seperti itu saya hanya berpesan agar petani bersatu dan waspada, jangan terpecah belah. Sebab, tidak ada kekuatan lahir dari sebuah perpecahan, karena kekuatan itu sesungguhnya lahir dari sebuah kebersamaan,” tegas Arum.
Sebelumnya, Ketua DPD APTRI Sulsel Andi Darmawan Paelori mengatakan pihaknya bersama jajaran pengurus DPD APTRI Sulsel –diantaranya H. Muh. Jabir Bonto selaku ketua Dewan Penasehat, Ahmad Maisyuri selaku Sekretaris dan Hj, Dahlia Lala sebagai Bendahara– siap menjalankan amanah yang diberikan petani tebu di Sulsel untuk menakhodai organisasi DPD APTRI Sulsel.
“Amanah dan keberadaan organisasi ini adalah murni untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mendukung program pemerintah, khususnya dalam upaya pencapaian swasembada gula, paling tidak untuk wilayah Sulsel. Karenanya kepada pemerintah provinsi kami berharap DPD APTRI Sulsel ini dapat dijadikan ,mitra strategis dalam pembudidayaan tebu di tanah Sulsel,” kata Andi Darmawan Paelori.
Menanggapi permintaan tersebut perwawilan dari Direktorat Rempah dan Semusim, Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Gede Wirasuta mengatakan, “jika pemerintah akan berupaya memberikan bantuan dalam bentuk bibit maupun peralatan mekanisasi pertanian dalam upaya mengejar target swasembada gula tahun 2019”.