2018, 14 September
Share berita:

Suka tidak suka harus diakui bahwa investasi yang besar pada sektor pertanian seperti pada komoditas perkebunan tidak hanya dapat mendorong pendapatan negara, tapi juga dapat meningkatkan pendapatan petani dan berdampak kepada sektor lainnya seperti transportasi, konsumsi hingga infrastruktur.

Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Bambang mengakui untuk mengembangkan suatu komoditas membutuhkan data yang tidaklah kecil. Salah satunya untuk membangun sebuah data perkebunan. Sebab dengan membenahi data berdampak kepada semua program apa yang harus dikeluarkan.

“Jadi dari data yang akurat bisa berdampak yang cukup luas dari mulai luas areal, produktivitas, dimana saja sentral-sentral komoditas perkebunan hingga berdampak apa yang harus dilakukan untuk mengembangkannya,” jelas Bambang.

Lebih dari itu, menurut Bambang dari sebuah data juga bisa menyambungkan antara petani dan industri. Hal ini juga tertuang dalam UU Perkebunan dimana tiga komoditas perkebunan yaitu teh, tebu dan kelapa sawit wajib bermitra dengan perusahaan dalam hal ini industri.

Ketiga komoditas tersebut wajib bermitra dengan prusahaan karena ketiga komoditas tersebut harus segera diolah setal dipanen. Contohnya kelapa sawit, pada saat petani memetik tandan buah segar (TBS) tidak boleh lebih dari 24 jam harus segera diolah, ini karena jika sudah lewat dari 24 jam kadar rendemennya akan menurun dan mempengaruhi kualitas minyak sawitnya atau crude palm oil (CPO).

“Namun banyak yang belum sadar akan hal itu, sehigga belum sepenuhnya mengelola perkebunan secara maksimal, meskipun perkebunan sudah terbukti menyumbang devisa terbesar,” ucap Bambang.

Bahkan, Bambang menegaskan bukan hanya kelapa sawit saja yang harus didorong baik dari segi on farm (budidaya) ataupun off farm (hilir)-nya. Salha satunya, kakao, kopi, cengkeh, lada, pala dan lainnya semuanya perlu didorong agar lebih maksimal.

Baca Juga:  Harga Menarik, Bisnis Kakao 2024 Diramalkan Menggairahkan

Sebab dengan mendorong komdoditas perkebunan, bukan hanya Negara yang diuntungkan dari devisa yang didapat mengingat komoditas perkebunan adalah komoditas ekspor, tapi juga petani dan industri juga akan diuntungkan.

“Sehingga sebenarnya kita bisa meningkatkan produktivitas perkebunan disaat semua negera membutuhkannya. Jangan terus meributkan masalah besarnya investasi yang dikeluarkan. Sebab besarnya investasi yang dikeluarkan akan berdampak kepada pendapatan negara yang jauh lebih besar serta meningkatkan ekonomi petani dan menumbuhkan industrialisasi dalam negeri dan ini berdampak kepada penyerapan tenaga kerja yang cukup besar,” pungkas Bambang. YIN