2017, 20 Juli
Share berita:

Kepedulian pelaku perkebunan kelapa sawit akan pentingnya menerapkan sustainable semakin besar, hal ini terlihat dengan terus bertambahnya sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).

“Jadi bulan Agustus 2017 ini kemungkinan aka nada penyerahan sertifikat ISPO. Ini menjadi bukti komitmen bagi pelaku perkebunan kelapa sawit untuk menerapkan sustainable,” jelas Kepala Sekretariat Komisi ISPO Aziz Hidayat, kepada perkebunannews.com.

Memang, menurut Aziz, ada sekitar 43 pelaku usaha yang sudah diajukan ke tim penilai dan komisi ISPO yang akan disertifikasi. Tapi belum tentu semuanya bisa lulus. Kemungkinan ada 20 persen yang belum lulus atau ditunda.

“Adapun penyebab tidak lulus, biasanya untuk perusahaan yaitu masalah keakuratan hak guna usaha (HGU) antara yang tertera dalam surat dengan kondisi dilapangan. Lalu, pengelolaan lingkungan yang masih proper merah. Kemududian ketersedian membangun kebun untuk masyarakat yang masih kurang atau mimal 20 peren, atau upah pekerja yang belum sesuai dan lain-lain,” papar Aziz.

Lebih lanjut, Aziz menargetkan sekitar 350 pelaku usaha yang sudah akan menerima sertifikat ISPO hingga akhir bulan Agustus ini. Sebab komitmen dari komisi ISPO yaitu akan ada empat kali dalam setahun untuk menyerahkan sertifikat ISPO kepada pelaku usaha. Ini penting sebagai pembuktian pada dunia bahwa pola perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah menerapkan sutainable.

Sekedar catatan, saat ini sudah ada 266 pelaku usaha yang terdiri dari 43 perusahaan dan 1 asosiasi petani swadaya serta 1 Koperasi Unit Desa dari petani plasma. Dari 266 pelaku usaha tersebut mencangkup luas areal 1.679.648,68 hektar, dan menghasilkan 7.607.747,75 ton crude palm oil (CPO). YIN

Baca Juga:  Kopi Robusta Lombok Didorong Go Internasional