Jakarta, Media Perkebunan.id
Produksi minyak sawit Indonesia menunjukkan pemulihan. Produksi bulan Agustus 2020 telah mencapai 4,8 juta ton yang 2% lebih besar dengan produksi bulan Agustus tahun 2019 sebesar 4,7 juta ton meskipun secara total sampai dengan Agustus 6,7% lebih rendah dari produksi 2019. Peningkatan produksi terjadi selain karena mengikuti siklus musim juga karena tanaman sudah menunjukkan kepulihan setelah pemupukan semester 1 2020 kembali normal. Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif GAPKI menyatakan hal ini.
Nilai ekspor produk minyak sawit pada bulan Agustus adalah USD 1.697 juta yang lebih rendah dari nilai ekspor bulan Juli yang mencapai USD 1.868 juta. Nilai ekspor tersebut tercapai pada harga rata-rata bulan Agustus CPO USD 703/ton cif Rotterdam dan bulan Juli USD 659/ton. Secara volume, ekspor bulan Agustus adalah 2.683 ribu ton yang lebih rendah dari pencapaian bulan Juli yaitu sebesar 3.129 ribu ton. Penurunan volume ekspor ini diduga selain karena pengaruh covid-19 yang belum mereda, juga karena kenaikan harga minyak sawit yang menyebabkan perbedaannya harga dengan minyak nabati lain, terutama minyak kedelai, menjadi lebih kecil sehingga sebagian pengguna beralih ke minyak lain atau importir menunggu perubahan harga.
Menurut tujuannya, ekspor ke India pada Agustus turun 200 ribu ton (-36,4%) sedangkan ekspor China turun hanya 11 ribu ton (-1,7%), tetapi secara YoY ekspor ke India 2020 hampir 600 ribu ton lebih tinggi dari 2019 sedangkan ke China hampir 2 juta ton lebih rendah. Penurunan ekspor yang besar lainnya adalah ke Timur tengah hampir 100 ribu ton (-36,13%) yang secara YoY turun 11%.
Menurut jenis produknya, ekspor ekspor CPO turun 46 ribu ton, olahan CPO turun 142 ribu ton, laurik turun 58 ribu ton sedangkan oleokimia masih naik dengan 5 ribu ton. Secara YoY sampai dengan Agustus, total volume ekspor 2020 sekitar 11% lebih rendah dari 2019 dengan kontributor penurunan utama adalah ekspor produk olahan CPO (-16,1%).
Konsumsi minyak sawit dalam negeri untuk produk pangan dan oleokimia selama 2 bulan terakhir menunjukkan kenaikan. Dibandingkan dengan bulan Juli, konsumsi minyak sawit untuk pangan bulan Agustus naik sekitar 1,9% menjadi 654 ribu ton sedangkan konsumsi untuk oleokimia naik 2% menjadi 151 ribu ton. Sebaliknya, konsumsi biodiesel turun 9,8% menjadi 576 ribu ton sehingga secara secara total, konsumsi dalam negeri pada bulan Agustus adalah 3,3% lebih rendah dari konsumsi pada bulan Juli.
Secara kumulatif sampai dengan Januari dan Februari (sebelum pandemi), konsumsi dalam negeri 2020 adalah 16% lebih tinggi dari 2019. Total konsumsi tersebut terus turun menjadi 3% sampai dengan Juni dan Juli serta menjadi 2,5% sampai dengan Agustus. Penurunan utama terjadi pada penggunaan untuk pangan yang secara YoY Agustus 2020 turun 14,9% sedangkan untuk oleokimia dan biodiesel lebih tinggi berturut-turut dengan 45,3% dan 26,9%.
Tren naik produksi yang bersamaan dengan tren kenaikan harga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan devisa melalui ekspor produk sawit. Mengingat ekspor ke China sampai dengan Agustus (YoY) adalah 37% lebih rendah dari tahun lalu dan China adalah negara yang sudah pulih dari Covid-19, sehingga ada peluang yang besar untuk mengejar ketertinggalan ekspor ke China dari tahun lalu. Kenaikan konsumsi untuk pangan dan oleokimia dua bulan terakhir memberikan harapan kepulihan konsumsi dalam negeri.