Panggah Susanto, Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian menyatakan total produksi karet Indonesia tahun 2015 3.231.825 ton yang 95%nya digunakan oleh industri crumb rubber, dengan kapasitas produksi 5,2 juta ton. Sisanya 2,5% untuk sheet, 0,25% lateks pekat dan 0,25% untuk produk lain.
Industri hilir karet adalah 55% industri ban, 17% industri alat kesehatan (sarung tangan karet, kondom, benang), 11% alas kaki, 8% vulkanisir dan 9% produk lain. Sekitar 15% produk crumb rubber digunakan industri dalam negeri seperti ban, dock fender, karet teknik dan sisanya diekspor.
Hambatan utama mengembangkan industri hilir karet di Indonesia adalah keterbasatan pasokan gas; bahan pembantu sebagian besar harus diimpor dan konsumen Indonesia yang lebih suka barang impor daripada produksi dalam negeri.
Secara total pabrik karet di Indonesia kekurangan bahan baku sampai 1.964.852 ton. Provinsi yang pabriknya kekurangan bahan baku adalah Sumut, Sumbar,Kepulauan Riau, Jambi, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jatim, Kalbar dan Kalsel.
Sumsel defisit bahan baku sampai 725.336 ton dan Kalimantan Barat 286.113 ton. Secara umum Sumatera defisit 1.558.581 ton, Jawa 76.007 ton dan Kalimantan 348.980 ton. Pemerintah berusaha meningkatkan harga karet dengan berbagai skema salah satunya adalah dengan penyerapan karet di dalam negeri.