Denpasar, Mediaperkebunan.id – Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, pada pembukaan 7th ICOPE 2025, Rabu (12/2) menyatakan peningkatan produksi menjadi pesan utama pemerintah bagi industri kelapa sawit. Cara yang paling cepat adalah dengan intesifikasi, perawatan yang benar, pupuk sesuai dan tepat, maka produksi akan naik tanpa perlu menambah lain. Peran riset di sini juga sangatlah penting.
Karena itu Kementerian Pertanian mengaperasiasi “Conference The 7th ICOPE 2025” dengan tema Perkebunan Kelapa Sawit-Transformasi Ekologi Menuju Pertanian Yang Positif Terhadap Iklim dan Alam. Materi yang disampaian banyak terkait penelitian yang sangat baik terhadap keberlanjutan dan produksi sawit.
Peningkatan produktivitas merupakan keharusan, karena sawit selain untuk pangan juga untuk swasembada energi dan mengurangi ketergantungan pada BBM impor. Tanpa peningkatan produksi maka jatah untuk pangan bisa berkurang karena penggunaan yang saat ini B40 akan ditingkatkan lagi.
Peningkatan produktivitas akan meningkatkan produksi, keuntungan perusahaan juga naik dan pekebun lebih sejahtera. Dengan usaha yang sama hasil lebih baik. Tujuan bernegara seperti yang ditekankan Presiden Prabowo adalah membuat sebanyak-banyaknya orang kaya baru, artinya kesejahteraan semakin meningkat.
Sudaryono berterimakasih pada perusahaan yang sudah membina petani plasma, seperti Sinar Mas yang plasmanya di Riau menggunakan benih yang baik, perawatan sesuai SOP perusahaan sehingga produktivitas tinggi. Keuntungan bisnis sawit ini tinggi sehingga semua perusahaan diminta berusaha lebih keras lagi untuk membina petani sebanyak mungkin.
Pesan kedua adalah semua pelaku usaha disiplin melakukan peremajaan dengan benih yang baik sehingga produktivitas meningkat. Indonesia mencanangkan swasembada beras dan jagung sehingga tahun ini tidak impor. Pemerintah minta baik perusahaan maupun pekebun ketika peremajaan dan pada fase tanaman belum menghasilkan tumpang sari dengan padi gogo.

Dalam sambutanya Sudaryono menyatakan industri kelapa sawit di Indonesia dibangun dengan pendekatan yang memprioritaskan keseimbangan antara aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Melihat dari aspek lingkungan, tantangan keberlanjutan dalam produksi minyak sawit sangat beragam, melibatkan degradasi lingkungan, ketergantungan pada input kimia dan dampak perubahan iklim.
Isu-isu ini sangat menonjol bagi negara penghasil maupun konsumen minyak sawit, dalam mengatasi tantangan ini dibutuhkan kerjasama antara pemerintah maupun sektor swasta untuk berbagi pengalaman dan mencari solusi serta strategi pendekatan komprehensif yang mengintegrasikan praktik pertanian berkelanjutan, inovatif dan upaya penelitian kolaboratif. Konferensi 7th ICOPE 2025 mempunyai concern terhadap pemulihan kondisi tanah, pengurangan resiko polusi dari pestisida dan pupuk kimia, serta pemulihan ekosistem yang terdegradasi.
Selain dampak perubahan iklim, Sawit juga juga dihadapkan tantangan dari sisi internasional, isu yang diangkat pun bermacam-macam, mulai dari isu lingkungan, hak asasi manusia, hingga munculnya kebijakan EUDR (European Union on Deforestation-free Regulation) atau regulasi pengenaan produk bebas deforestasi dari Uni Eropa.
Memperhatikan kondisi tersebut, Pemerintah menerapkan surat tanda daftar budidaya (STDB) yang merupakan pendataan dan pendaftaran pekebun dengan luasan kurang dari 25 ha.Penerapan STDB bertujuan untuk menghimpun data kepemilikan kebun rakyat dan informasi pendukung lainnya, mewujudkan tata kelola perkebunan berkelanjutan, mempermudah petani dalam mendapatkan program bantuan pendanaan APBN ataupun pendanaan lainnya, serta sebagai persyaratan ISPO pekebun.
Penyelenggaraan sertifikasi perkebunan kelapa sawit berkelanjutan telah diatur sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2020, yang menetapkan kewajiban penerapan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) guna memastikan keberlanjutan dan daya saing industri kelapa sawit Indonesia. ISPO merupakan salah satu strategi pertanian berkelanjutan yang
“Oleh karena itu, kami terus mendorong seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit agar memiliki sertifikasi ISPO, termasuk Pekebun untuk meningkatkan produktvitas tanpa merusak lingkungan. Saya menghimbau agar kita Pemerintah, sektor swasta, stakeholder terkait, LSM, pekebun dan semua yang terlibat dalam komunitas sawit untuk terus mengembangkan penerapan pertanian berkelanjutan dan menjaga industri sawit ini untuk terus bergerak menuju standar keberlanjutan yang lebih tinggi,” kata Sudaryono.