Bandung, mediaperkebunan.id – Shamala Sundram, PhD dari Integrated Ganoderma Management, Plant Pathology & Biosecurity Unit, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) sangat mengapresiasi 2nd International Symposium Ganoderma (ISGANO) 2025 yang diselenggarakan Media Perkebunan dan P3PI.
“Ganoderma adalah masalah besar bagi sawit di Malaysia dan Indonesia. Indonesia sangat serius menyikapinya dengan adanya konsorsiu Ganoderma GAPKI. Saya senang berbagi pengalaman tetapi juga banyak belajar selama menghadiri event ini,” katanya.
Sanitasi tetap merupakan teknik yang direkomendasikan dalam manajemen penyakit busuk pangkal batang di kebun. Harus dilakukan tepat waktu, lakukan sensus oleh staf terlatih dan lakukan setiap tahun, kebijakan perusahaan apakah akan dilakukan peremajaan dini atau memperpanjang hidup tanaman terserang.
Pendekatan pengendalian terpadu dengan penggunaan eleman hayati yaitu agen pengendali hayati direkomendasikan untuk kesehatan tanah. Riset penting untuk mengerti perilaku penyakit ini diprioritaskan adalah vektor serangga; faktor-faktor yang mempengaruhi pH, nutrisi, peran Al dan Ca; keagresifannya.
Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan Ganodera boninense ini meningkat secara eksponensial. Survey MPOB tahun 1994-1995 terinfeksi 1,51%, pada 268 perkebunan dengan luas 31.197 ha; tahun 2009-2010 terinfeksi 3,71% pada 632 perkebunan luas 59.148 ha; tahun 2017-2018 terinfeksi 7,4%, pada 1.279 perkebunan, luas 221.000 ha. Tahun 2024 14% sekitar 440.000 ha. Kalau Indonesia mengalami seperti Malaysia maka ada 1,2 juta ha yang terinfeksi.
Malaysia menemukan 4 species ganoderma, 1 bukan patogen, 3 patogen tetapi yang paling agresif adalah Ganoderma boninense. Pemicunya adalah tekanan inokulum, kadar garam, pH, nutrisi, jenis tanah. Manajemen pengendalian terpadu Ganoderma adalah meminimalisir tanaman terinfeksi setelah peremajaan dan menjaga areal produktif; memperpanjang masa produktif tanaman terinfeksi; memperlambat awal infeksi ganoderma.
Tahap awal dilakukan sensus.
MPOB membagi tingkat serangan menjadi 5 yaitu Disease Severity Index 0 sehat, DSI 1 infeksi awal (pangkal batang seperti ada tombol putih, tidak ada gejala pada daun); DSI 2 infeksi moderat (pangkal batang seperti ada tombol putih/tubuh buah jamur, busuk <30%, daun berwarna kuning; DSI 3 terinfeksi berat (ada tubuh buah jamur di pangkal batang, busuk <50%, daun patah); DSI 4 terinfeksi sangat berat (tanaman mati , akar busuk). Sensus pada TBM dlahan yang terinfkesi bila DSI 0 dilakukan perlakukan pencegahan.
Bila DSI 1 sanitasi dengan membongkar bonggol perakaran yang terinfeksi. Pada TM DSI 0 dilakukan perlakukan pencegahan, DSI 1 dan 2 dilakukan pengendalian dengan fungisida dan pembubunan tanah. Bila umur tanaman dibawah 10 tahun DSI 1-4 dilakukan pembongkran bonggol perakaran diganti tanaman baru.DSI 2,3,4 bila tanaman berumur >10 tahun dilakukan pembongkaran; DSI 3-4 bisa dilakukan perlakukan fumigasi pada batang.
Pada areal peremajaan dilakukan sanitasi seluruhnya baik bagi tanaman yang terinfeksi atau tidak. Bisa juga pembongkaran seletif bila serangan kurang dari 5% , gali lubang 1,5 x 1,5 x 1,5 m untuk membongkar semua perakaran; bila serangan diatas 5% gali lubang 1,5×1,5×1,5 m untuk membongkar perakaran tanaman terinfeksi, akar sehat juga.Sanitasi diikuti dengan pencacahan batang tanaman, tanah diolah (dibajak) dan ripping.
Tanpa perlakuan sanitasi maka 3 tahun setelah tanam infeksi mencapai 16,7%, 6 tahun 50%, 9 tahun 83,3%. Dengan sanitasi maka 9 tahun infeksi bisa berkurang 60% jadi 33,3%. Dengan sanitasi setelah 2 tahun tidak ada tanaman yang terinfeksi, tanpa sanitasi mencapai 87,5%.