Jatinangor, mediaperkebunan.id – Universitas Padjadjaran (Unpad) bersama Yayasan Sukun Nusantara Sejahtera menyelenggarakan Seminar Nasional Hilirisasi Agroforestri Berbasis Sukun dengan tema “Revolusi Hilirisasi Agroforestri Berbasis Sukun Menuju Kedaulatan Pangan & Model Bisnis Potensial yang Berkelanjutan”, bertempat di Kampus Unpad, Jatinangor.
Seminar ini menjadi momentum penting dalam memperkuat posisi sukun sebagai sumber pangan alternatif yang bernilai strategis bagi ketahanan pangan nasional sekaligus memiliki prospek bisnis global.
Sukun sebagai Superfood dan Solusi Krisis Pangan
Ketua Dewan Yayasan Sukun Nusantara Sejahtera, Insyaf Malik, dalam sambutannya menekankan bahwa dunia menghadapi ancaman serius akibat perubahan iklim dan peningkatan jumlah penduduk. Organisasi Pangan Dunia (FAO) bahkan memprediksi terjadinya krisis pangan global pada 2050.

“Indonesia juga tidak akan lepas dari ancaman tersebut jika tidak ada langkah konkret. Selama ini kita terlalu bergantung pada beras, sementara sumber pangan lokal seperti sukun, sagu, dan umbi-umbian kurang mendapat perhatian,” jelas Insyaf Malik.
Ia menegaskan, sukun memiliki kandungan karbohidrat setara beras dengan kaya akan vitamin dan mineral. Tak hanya itu, sukun juga tergolong superfood karena cepat berbuah, bernutrisi tinggi, dan dapat tumbuh di berbagai jenis lahan termasuk lahan marginal.
Sayangnya, sukun selama ini lebih dikenal masyarakat hanya sebagai camilan, bukan sebagai bahan pangan pokok. Untuk itu, Yayasan Sukun Nusantara Sejahtera hadir untuk meningkatkan pemahaman, pengembangan, dan popularisasi sukun di tengah masyarakat.
Tantangan Budidaya dan Peluang
Dalam paparannya, Insyaf Malik juga menyoroti persoalan utama dalam pengembangan agroforestri sukun yakni keterbatasan ketersediaan bibit unggul. Sebagai langkah awal, yayasan membangun pusat perbenihan sukun di Yogyakarta yang berfungsi sebagai pusat pembibitan sekaligus pusat inovasi budidaya.
“Dengan daya adaptasi yang tinggi, sukun bukan hanya mampu menyediakan bahan pangan, tetapi juga berperan dalam restorasi hutan sekaligus pemberdayaan petani,” tambahnya..
Lebih jauh, sukun juga memiliki potensi besar di pasar global. Nilai pasar sukun diproyeksikan meningkat hingga 2.802 miliar USD, dengan potensi investasi mencapai 18,6% per tahun. Hal ini menjadikan sukun sebagai komoditas dengan prospek bisnis yang menjanjikan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dukungan Akademisi: Unpad sebagai Pusat Kolaborasi Sukun
Rektor Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Ir. Arief Sjamsulaksan Kartasasmita, M.M., M.Kes., Ph.D., dalam sambutannya menegaskan bahwa agroforestri berbasis sukun tidak hanya relevan sebagai sumber pangan alternatif. Tetapi juga sebagai bagian dari solusi strategis untuk pemulihan hutan dan mitigasi perubahan iklim.

“Agroforestri sukun merupakan salah satu solusi untuk mengembalikan hutan, memperbaiki iklim, sekaligus menciptakan ketahanan pangan yang sejalan dengan cita-cita Presiden RI,” tegasnya.
Prof. Arief juga menambahkan, Unpad siap menjadi pelopor dalam penyiapan benih sukun unggul, penelitian, serta kolaborasi lintas sektor. “Harapan kami, para peneliti Unpad dapat aktif berkontribusi sehingga hasil inovasi bersama dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Semoga suatu saat, ketika orang menyebut Unpad, akan teringat pula pada sukun,” ujarnya.
Seminar ini diharapkan menjadi titik awal revolusi hilirisasi agroforestri sukun di Indonesia. Selain memperkenalkan sukun sebagai komoditas strategis, acara ini juga menekankan pentingnya hilirisasi produk turunan sukun yang bernilai tambah tinggi. Baik untuk kebutuhan pangan dalam negeri maupun pasar ekspor.

