Komitmen Asian Agri dalam mewujudkan perkebunan yang sustainable tidaklah main-main. Terbukti, bahwa di tahun 2017 nanti kemungkinan seluruh lahannya sudah bersertifikat Indonesia Susutainable Palm Oil (ISPO), hal ini penting sebagai pembuktian pada negara luar.
Direktur Asian Agri Freddy Widjaya mengakui bahwa memang saat ini kebun milik Asian Agri sudah 91 persen bersertifikat ISPO. Bahkan kemungkinan di tahun 2017 nanti seluruh kebun milik Asian Agi akan 100 persen bersertifikat ISPO.
Bukan hanya itu, saat ini petani plasma dan binaannya sedang ikut program pilot project untuk sertifikat ISPO. “Artinya jika pilot project ini berhasil dan petani ternyata bisa memenuhi standar sertifikasi ISPO, maka petani Asian Agri-lah yang akan pertama kali mendapatkan sertifikat ISPO,” harap Freddy.
Lebih dari itu, menurut Freddy, sebanatnya bukan hanya sertifikat sustainable yang dibutuhkan oleh petani. Tapi jaminan pasar dan harga yang tinggi yang dibutuhkan petani. Atas dasar itulah Asian Agri terus menorong para petani plasm dan binaannya untuk melakukan sertifikasi ISPO.
Petani penting dan perlu melakukan sertifikasi, mengingat saat ini luas areal perkebunan milik petani cukup besar. Bahkan luas milik perkebunan rakyat justru berkembang lebih massif
Terbukti, berdasarkan catatan Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian tahun 2013 bahwa dari total areal seluas 10.465.020 hektar, seluas 4.356.087 hektar dikuasai oleh perkebunan rakyat. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2012 seluas 4.137.620 hektar dan ditahun 2011 seluas 3.752.480 hektar.
“Melihat hal ini maka pada dasarnya petani sangat memerlukan jaminan pasar dan harga bukan yang lain. Jangan sampai jerih payah mereka dalam menenam kelapa sawit, kemudian hasilnya tidak terbeli atau dibeli dengan harga rendah. Maka dalam hal ini kita mendorong agar petani juga bisa mendapatkan sertifikat sustainable,” tegas Freddy. YIN
Berita selengkapnya ada pada Majalah Media Perkebunan Edisi 158/Januari 2017