2022, 8 Januari
Share berita:

Jember, Mediaperkebunan.id

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, PT Riset Perkebunan Nusantara, memasuki usia yang ke 111 tahun, menjadikannya sebagai lembaga penelitian kopi dan kakao tertua dunia, juga menjadi bagian sejarah warisan perkebunan yang masih eksis. “Ditengah tantangan dan situasi yang berubah secara dinamis, kita tetap melaksanakan inovasi ,” kata Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Agung Wahyu Susilo.

Dalam perjalanannya Puslitkoka mengalami beberapa perubahan seperti dari pemangku kepentingan utama perkebunan besar sekarang lebih banyak ke perkebunan rakyat dan pelaku industri usaha kecil menengah berbasis kopi kakao. Hal ini tidak terlepas dari pandangan perusahaan perkebunan besar terhadap kopi dan kakao.

CCSTP (Coffee and Cocoa Science Techno Park) yang berdiri tahun 2018 sesuai penetapan Pusat Unggulan Inovasi Kopi dan Kakao oleh Kemenristek/BRIN menjadi unit strategi mentransformasi hasil inovasi teknologi Puslitkoka mendukung start up kopi dan kakao. “Dengan terus konsisten menghasilkan inovasi teknologi berdaya saing tinggi terbukti mampu mendukung operasional riset dan pengembangan internal Puslitkoka dan nasional,” kata Agung lagi.

Pemuliaan yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus menghasilkan inovasi bahan tanaman unggul yang adaptif dengan perubahan iklim dan serangan HPT dan dijadikan sumber utama pengembangan kopi dan kakao di seluruh Indonesia. Setiap tahun 20 juta benih kopi dan kakao didistribusikan kepada masyaraat Indonesia dari Aceh sampai Papua dengan fasilitasi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten. perusahaan swasta dan swadaya petani.

Pada gernas kakao tahun 2011-2019 didistribusikan 70 juta benih kakao hasil perbanyakan somatic embryogenesis. Success story lainnya adala distribusi benih kakao dalam bentuk cabutan yang belum pernah dilakukan negara produsen kakao lainnya.

Baca Juga:  Harga Kakao Juli 2018

Bahan tanaman unggul yang dihasilkan Puslitkoka dengan penerapan GAP (Good Agricultural Practises) terbukti mampu mencapai kinerja produktivitas 250% diatas rata-rata nasional. Varietas berdaya saing tinggi yang dihasilkan Puslitkoka diantaranya adalah kopi Arabika Komasti, AS2K, Kopi Robusta HIbiro, kakao ICCRI O6 H, kakao ICCRI 08 H, dan kakao ICCRI 09.

Selain mandiri, dilakukan juga pemuliaan partsipatif dengan melibatkan pemda sehingga dihasilkan beberapa varietas unggulan daerah yaitu Kopi Arabika Gayo 1 , Gayo 2, Sigarar Utang, Kopi Robusta Sintaro 1 dan Sintaro 2, Kakao MMC 01 dan MMC 02. Hasil pemuliaan pastisipatif ini fenomenal karena dipasok oleh petani ke seluruh Indonesia.

Inovasi pengolahan hilir kopi dan kakao Puslitkoka telah menginisiasi berkembangnya industri hilir kopi dan kakao skala UKM di beberapa daerah. Contohnya kopi dan coklat Vicco yang menjadi ikon produk Jember; industri cokelat Socolatte di Pidie Jaya, Aceh; Cokelat Won Dis Kulon Progo; cokelat Mojopahit Mojokerto; Dusun Kakao PTPN XII Banyuwangi. Berkembangnya industri cokelat UKM ini menunjukkan peran CCSTP mendukung start up telah dimanfaatkan masyarakat untuk mengembankan perekonomian, terutama masyarakat bawah menengah.

Peneliti Puslitkoka tidak hanya bekerja di balik meja atau di laboratorium tetapi terjun langsung ke masyarakat melakukan pelatihan dan pendampingan dalam pembentukan kluster berbasis kopi dan kakao di beberapa daerah. Dengan Motramed (Model Kemitraan Bermediasi) diawali dengan keberhasilan mendampingi sertifikasi Indikasi Geografis Kopi Kintamani Bali. Setelah itu menyusul Kopi Arabika Java Ijen Raung, Kopi Arabika Flores Bajawa, Kopi Arabka Flores Manggarai dan lain-lain. Sertifikat IG ini meningkatkan daya saing produk kopi Indonesia.

Puslitkoka juga sejak tahun 2013 mengadakan kontes kopi specialty bekerjasama dengan AEKI juga mengadakan holistic coffee expo di Jember untuk meningkatkan konsumsi kopi di dalam negeri. Keikutsertaan kakao Indonesia dalam Cocoa of Excellence di Paris dapat meningkatkan daya saing produk kakao Indonesia.

Baca Juga:  Specialty Coffee Indonesia Menembus Pasar Amerika