Pemerintah harus segera mengambil tindakan agar nasib kelapa sawit bisa terselamatkan. Sebab dengan jatuhnya harga crude palm oil (CPO), diprediksi tahun 2016 produksinya pun akan menurun.
Adanya bencana asap maka produksi sawit otomatis tidak maksimal atau bisa dikatakan menurun di tahun berikutnya. Hal ini karena dengan adanya asap maka sinar matahari tidak akan masuk ke lahan perkebunan sehingga tidak terjadi fotosintesis.
Lebih dari itu, adanya fenomena El Nino ditahun 2015 kemarin, sebagian tanaman dibeberapa daerah mengalami kekeringan. Akibatnya tanaman tidak mendapatkan asupan yang maksimal. Melihat dua hal tersebut maka bukan tidak mungkin bisa saja produksi sawit tahun 2016 ini akan lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Jadi kemungkinan produksi sawit untuk tahun 2016 bisa terkoreksi (berkurang) antara 10–15 persen dari tahun 2015,” risau Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono menyayangkan adanya bencana asap tahun 2015 kemarin. Sebab dengan.
Namun, Joko optimis, penurunan produksi tersebut diperdiksi tidak beropengaruh terhadap industri kelapa sawit. Terbukti, hingga Oktober lalu (2015) produksi ekspor secara kumulatif meningkat hingga 14 persen dibanding total tahun 2014.
Tapi, harus diakui, bahwa sudah saatnya penggunaan CPO untuk dalam negeri harus didongkrak sehingga stok CPO berkurang dan tidak tergantung pasar asing. Akibatnya, diharapkan harga CPO akan merangkak naik. Melihat hal tersebut maka besar tidaknya penggunaan CPO dalam negeri semuanya tergantung dari keseriusan pemerintah dalam menggenjot pengguaan B20 untuk dalam negeri.
“Ekspor tahun ini sangat tergantung pada penerapan biodiseel B20. Apabila kebijakan ini jalan, diperkirakan volume ekspor tahun 2016 turun,” harap Joko.
Sekedar catatan, berdasarkan data GAPKI, total ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia pada tahun 2015 mencapai 26,40 juta ton atau naik 21% dibandingkan dengan total ekspor 2014, 21,76 juta ton.Sementara itu, nilai ekspor minyak sawit sepanjang 2015 mencapai USD 18,64 miliar. Meskipun volume ekspor naik, nilai ekspor mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun lalu karena rendahnya harga minyak sawit global. Nilai ekspor tahun 2015 tercatat turun sebesar 11,67% dibandingkan 2014 yang mencapai USD 21,1 miliar. YIN
Baca juga : Menkeu : Hilirisasi Keharusan