Jakarta, Mediaperkebunan.id
Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Ardi Praptono menyatakan prospek serai wangi sebagai tanaman penghasil citronella oil ini sangat bagus. Saat ini budidayanya masih secara monokultur dengan produktivitas dan efisiensi belum optimal.
Kebutuhan dunia 2.000-2.500 ton/tahun , baru terpenuhi 50-60% dengan tujuan ekspor Singapura, Jepang, Australia, Meksiko, India, USA, Perancis, Inggris, Jerman, Spanyol. Potensi lahan untuk penanaman tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, tumbuh baik pada ketinggian 250-1.000 dpl , tipe iklim A dan B, ph tanah 5-7.
Konsep pengembangan perkebunan seraiwangi adalah dari budidaya dipanen daun yang kemudian disuling menjadi minyak atsiri /citronella oil. Daun sisa penyulingan dijadikan pakan ternak sehingga budidaya serai wangi dipadukan dengan ternak sapi/kambing/domba. Dari ternak petani bisa mendapatkan penghasilkan dari penjualan daging/susu/bibit ternak. Kotoran ternak dijadikan pupuk organik untuk budidaya serai wangi, juga untuk biogas dengan dibangunkan instalasi biogas.
Era baru perkebunan bio iindustri berbasis serai wangi adalah dari daun dihasilkan citronella oil yang digunakan untuk bioaditive bahan bakar sehingga mampu mengurangi penggunana bensin 10-30%, solar 10-40% dan mengurangi emisi gas buang; bahan baku parfum dan kesehatan untuk fragrance dan aromatherapy; bahan pembuat pembersih tubuh yaitu sabun, pasta gigi, shampo; pada makanan minuman sebagai sumber berbagai rasa berbasis nabati.
Sedang limbah padatnya digunakan sebagai pakan sapi berkelanjutan, minimal 3 ekor sapi/kambing/domba setiap hektare serai wangi dengan produksi daging/susu. Dapat digunakan juga sebagai media tanam jamur dan pupuk.
Limbah cair berupa hidrosol dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan jamur, bakteri, serangga dan nematoda, Selain itu dapat digunakan sebagai karbol sereh.
Rancangan operasional pengembangan komoditas serai wangi adalah menjadikan suatu kawasan memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksinya tidak menghasilkan limbah sehingga petani memiliki berbagai sumber pendapatan. Dimulai dengan penguatan kelembagaan yaitu kelompok tani/gapoktan dengan dukungan KUR, asuransi pertanian dan penjaminan.
Pengembangan budidaya berupa kebun serai wangi dan ternak sapi, kambing, domba. Teknologi budidaya kebun dan pemeliharaan ternak menggunakan teknologi spesifik lokasi. Dibangun juga penyulingan dan pengolahan pupuk organik sehingga menjadi pertanian tanpa limbah.
Pasar baik untuk lokal, nasional dan ekspor. Dibuat merek dagang yang disesuaikan dengan segmen pasar. Menetapkan standar kualitas hasil produksi. Memperluas akses pasar domestik dan ekspor. Dipasarkan baik on line maupun off line lewat e-commerce, B2B market, B2C market.