2nd T-POMI
2020, 23 Desember
Share berita:

Bogor, Mediaperkebunan.id

Untuk memenuhi kebutuhan industri hasil tembakau (IHT), Indonesia masih mengimpor tembakau. Impor tersebut meningkat sejak tahun 2008 karena produksi tembakau dalam negeri tidak mencukupi. Rata-rata impor tembakau selama 8 tahun (2011-2018) sebesar 156.620 ton/tahun dengan nilai ratarata US$ 571 juta/tahun . Sebagian besar tembakau yang diimpor adalah tembakau Virginia (70%), yang digunakan sebagai pengisi utama (filler) dalam racikan rokok. Tembakau yang diimpor umumnya berasal dari Tiongkok, Brazil, dan Zimbabwe. Prof Djajadi menyatakan hal ini dalam Orasi Pengukuhan Prof Riset Bidang Budidaya Tanaman, Balitbang, Kementan.

Besarnya impor tembakau akan mengurangi pembelian tembakau produksi dalam negeri , sehingga mengancam keberlanjutan usahatani petani tembakau. Dengan semakin meningkatnya poduksi rokok merk Mild (yang dalam racikannya membutuhkan tembakau Virginia lebih banyak), maka impor tembakau Virginia juga semakin meningkat. Hal ini akan semakin berdampak tidak saja terhadap penurunan kebutuhan tembakau Virginia dalam negeri, tetapi juga terhadap pembelian tembakau jenis lain, seperti tembakau Temanggung, tembakau Madura, dan tembakau Kasturi. Hasil usahatani jenis-jenis tembakau tersebut merupakan sumber pendapatan utama petani. Indonesia mempunyai peluang untuk meminimalkan impor tembakau Virginia dengan meningkatkan produktivitas dan mutunya, serta produksi nasional, sehingga keberlanjutan usahatani tembakau dalam negeri juga dapat dipertahankan.

Masalah utama budidaya tembakau dalam peningkatan produktivitas dan mutu tembakau Virginia adalah keterbatasan luas areal tanam dan belum diterapkannya teknik budidaya yang tepat (Good Agricultural Practices/GAP). Pada umumnya petani dalam budidaya tembakau masih berdasarkan pengalaman. Permasalahan yang sering dijumpai dalam usahatani tembakau adalah ketidak sesuaian lahan , pengelolaan lahan intensif dan tanpa teknologi konservasi tanah, pengelolaan hara yang tidak tepat, dan penggunaan benih varietas tembakau yang tidak murni, yang berakibat pada terjadinya penurunan kesuburan tanah , yang pada akhirnya terjadi penurunan produksi dan mutu tembakau .

Baca Juga:  BALITBANG KEMENTAN DUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PALA

Kendala dalam budidaya tembakau telah diatasi dengan serangkaian penelitian teknik budidaya yang difokuskan pada pemetaan kesesuaian lahan tembakau Virginia , konservasi tanah, pengelolaan hara yang tepat, dan seleksi varietas untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tembakau. Hasilnya antara lain adalah bahwa penerapan teknik budidaya tembakau terpadu dengan komponen bibit sehat, varietas unggul, konservasi tanah, pengolahan tanah minimal, dan penyemprotan bakterisida, sangat efektif dalam meningkatkan produktivitas tembakau.

Tembakau Virginia produksi dalam negeri akan mampu bersaing dengan tembakau Virginia impor bila produktivitasnya > 2 ton/ha, berkadar nikotin 2-4%, berkadar Chlor <1% sesuai kebutuhan industri rokok. Sedang usaha tani tembakau berkelanjutan dapat dicapai dengan teknologi efisien dalam penggunaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) dan efektif dalam meningkatkan mutu dan produktivitas tembakau. Fokus pada peningkatan produktivitas dan mutu tembakau Virginia. Saat ini luas areal tembakau Virginia sekitar 46.200 Ha dengan total produksi 164.000 ton. Jumlah produksi tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan industri, sehingga kekurangannya perlu diimpor. Penambahan areal selama 6 tahun (2019 – 2024) diproyeksikan seluas 34.710 ha untuk menghasilkan total produksi tembakau Virginia sebanyak 67.863 ton. Jumlah produksi tersebut dapat mengurangi sebanyak 73% dari rata-rata total impor, sehingga menghemat devisa negara. Namun demikian perluasan areal tersebut masih belum terlaksana karena proyeksi perluasan areal belum disosialisasikan. Inovasi teknologi budidaya yang dihasilkan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tembakau Virginia meliputi teknologi yang terkait dengan usaha ekstensifikasi areal tanam dan intensifikasi budidaya. Peta kesesuaian lahan telah dihasilkan untuk tembakau Virginia di Kabupaten Bojonegoro, Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Barat. Di Kabupaten Bojonegoro, kesesuaian lahan aktual tembakau dengan kelas S2 seluas 15.657 Ha dan kelas S3 lebih dari 50.000 Ha. Di Lombok, kesesuaian lahan tembakau kelas S1 seluas 9.055 Ha, kelas S2 seluas 42.000 Ha dan kelas S3 seluas 116.660 Ha. Peta sebaran kesesuaian lahan tersebut dapat digunakan sebagai dasar perluasan areal tanam tembakau Virginia untuk mengurangi impor. Tentunya perluasan areal tersebut perlu diawali dengan kajian penggunaan lahan saat ini, kesesuaian mutu dan kelayakan ekonomisnya.

Baca Juga:  Kemenperin Dongkrak Produksi Industri Olahan Karet Alam