JAKARTA, mediaperkebunan.id – Kebijakan pungutan ekspor sawit telah berhasil mendorong hilirisasi dengan komposisi ekspor CPO yang terus menurun. Ekspor minyak sawit di tahun 2022 mencapai 34,67 juta ton dengan nilai ekspor sebesar Rp 34,5 triliun.
“Sedangkan dana sawit yang dikelola Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di tahun 2022 mencapai Rp 800 miliar atau naik 123,31 persen,” ujar Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Achmad Maulizal Sutawijaya dalam FGD Sawit Berkelanjutan di Jakarta, Rabu (7/6/2023).
Meski begitu, lanjut Mauli, dengan berbagai tantangan kelapa sawit seperti adanya Europe Deforestation Regulations (EUDR), negara produsen minyak sawit masih memiliki posisi tawar. Karena kebutuhan konsumsi domestik minyak nabati di Uni Eropa belum terpenuhi dan dipenuhi oleh negara Importir minyak nabati.
Sebelumnya peningkatan permintaan bahan bakar biodiesel di Uni Eropa merupakan peluang bagi kelapa sawit untuk terus melakukan penetrasi pasar. “Namun dengan implementasi EUDR di tahun 2023, produsen biodiesel sawit di Indonesia perlu meningkatkan aspek sustainability dari rantai pasoknya sehingga pangsa pasar bahan baku industri biodiesel di Uni Eropa tidak menurun,” jelas Mauli.
Menurut Mauli, ada empat langkah guna mendukung industri melalui strategi komunikasi untuk wilayah Uni Eropa. Pertama, legal actions untuk menyelesaikan permasalahan diskriminasi terkait perdagangan kelapa sawit Indonesia.
Kedua, bilateral relationships untuk menjalin hubungan bilateral sebagai upaya persuasif antar negara untuk meredam tren diskriminasi kelapa sawit pada negara-negara Uni Eropa. Ketiga, certification untuk menerapkan sertifikasi sustainable yang diakui internasional untuk menembus pasar ekspor.
“Serta keempat media coverage dengan memanfaatkan channel komunikasi yang paling dipercaya di tiga negara seperti Jerman, Prancis dan Belgia,” ungkap Mauli.
Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko), Khadikin, mengatakan, hingga saat ini jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia sebanyak 2.511 yang tersebar di 26 provinsi. Sedangkan kapasitas produksi mencapai 84,8 juta ton dengan utilisasi sekitar 55% menghasilkan 47 juta ton CPO (minyak sawit mentah).
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit nomor pertama di dunia dengan pangsa pasar 55% dari Pasar Global. Sekitar 60 persen produk minyak sawit Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor. “Artinya Indonesia berkontribusi terhadap ketersediaan barang konsumsi, pangan dan energi untuk dunia,” ujar Kadikin.
Khadikin memprediksi, dengan perkiraan populasi global mencapai sekitar 9,8 miliar pada tahun 2050, peningkatan kepadatan penduduk perkotaan, akan ada tambahan kebutuhan 200 juta ton minyak nabati di masa depan yang dapat dipenuhi oleh minyak sawit karena minyak nabati yang paling efisien dan paling produktif. (YR)