2017, 3 Oktober
Share berita:

Kendari – Demi menuju tercapainya swasembada gula maka Kementerian Pertanian terus menggenjot pembangunan 10 pabrik gula (PG), dan saat ini sudah ada 5 PG yang mulai beroperasi melakukan penggilingan hal ini sesuai dengan arahan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi).

“Sekarang ini sudah ada lima wilayah yang siap melakukan penggilingan diantaranya Kabupten OKI, Provinsi Sumatera Selatan, tepatnya di bulan November tahun ini. Daerah lain akan menyusul penyelesaiannya seperti di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), dua pabrik di Jawa Timur dan satu buah lagi daerah Lampung,” papar Mentrri Pertanian, Andi Amran Sulaiman usai memberikan pengarahan pada Pengukuhan 3 Guru Besar Universitas Halu Oleo.

Lebih lanjut, menurut Amran lima wilayah lainnya yang potensial untuk dijadikan daerah kawasan swasembada gula dan saat ini sudah mulai dikembangkan yaitu Sulawesi Tenggara, Papua, NTB , NTT dan Maluku.

Dipilihnya Sulawesi Tenggara sebagai daerah pembangunan PG wilayah tersebut memiliki agro climate yang sangat bagus untuk ditanami tebu, tepatnya di Kabupten Bombana, Konawe Selatan. “Kita akan dorong, karena ini sinergi dengan Kehutanan. Ini kehormatan bagi pemerintah. Kita bangun dengan kapasitas 10 ribu ton cane per day (TCD),” janji Amran.

Untuk itu, Amran berharap, seluruh elemen masyarakat bisa turut serta mensukseskan swasembada gula dengan menjaga para investor. Sebab harus diakui ada dua hal yang bisa mengangkat negeri ini, yaitu investasi dan ekspor, tidak ada yang lain. Memang dahulu untuk membangun isndustrialisasi di Indonesia cukup sulit tapi kini tidak lagi.

“Di negara lain proses izinnya hanya satu jam, sedangkan di Indonesia bisa bertahun-tahun. Tapi atas perintah Presiden, kami yang pimpin langsung turun sekarang langsung ngolah, syarat untuk investor cuma satu, punya uang cash untuk bangun dan ditunjukan,” tegas Mentan

Sebab, Amran pun mengakui investasi untuk sebuah PG tidaklah kecil. Seperti diketahui untuk membangun sebuah PG bisa mencapai Rp 4 triliun. Namun dengan investasi yang cukup besar juga dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar sehingga meningkatkan ekonomi petani.

“Kami minta prioritaskan tenaga kerja lokal, kecuali tenaga kerja khusus,” pungkas Amran. YIN