2nd T-POMI
2017, 16 November
Share berita:

Dalam beberapa waktu belakangan ini, kinerja teh semakin menurun. Berdasarkan data statistik perkebunan, selama 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa luas areal teh mengalami penurunan sekitar 2,11 persen atau 2.400 hektar (Ha) per tahun. Penurunan areal tersebut berkorelasi pada penurunan laju produksi 2,52 persen dan penurunan laju ekspor sebesar 6,54 persen.

“Salah satu dampaknya terjadi peningkatan impor selama 10 tahun terakhir sebesar 6,39 persen,” ujar Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, DIrektorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Irmijati Nurbahar mewakili Direktur Jenderal Perkebunan dalam pembukaan Rapat Tahunan Anggota Dewan Teh Indonesia (DTI) 2017 di Jakarta, Kamis (16/11).

Menurut Irmi, kondisi tersebut menjadi tanggungjawab bersama untuk mencari solusi pemecahannya. Solusi itu antara lain mempertahankan luas areal yang ada, membangkitkan semangat peningkatan produksi teh nasional serta membangun industri pertehan nasional.

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkebunan pada 2017 ini telah mengalokasikan kegiatan rehabilitasi dan intensifikasi teh seluas 400 Ha. “Sedangkan pada 2018, kegiatan pengembangan teh berkelanjutan direncanakan seluas 1.200 Ha terdiri dari intensifikasi dan rehabilitasi,” ungkap Irmi.

Irmi menyebutkan, total produksi teh Indonesia mencapai 132.615 ton yang terdiri dari perkebunan rakyat 49.473 ton, perkebunan negara 46.591 ton, dan perkebunan swasta 36.551 ton. Sedangkan tingkat produktivitas rata-rata nasional sebesar 1.495 kilogram/Ha.

Irmi mengatakan, luas areal pengembangan teh di Indonesia mencapai 114.891 Ha yang terdiri dari perkebunan rakyat (PR) 46,61 persen, perkebunan negara (PBN) 28,83 persen dan perkebunan swasta (PBS) 24,56 persen.

Rapat tahunan anggota DTI peridoe 2017 – 2021 mengagendakan pemilihan ketua umum DTI baru. Rapat DTI dihadiri para pengurus DTI dan perusahaan perkebunan teh negara maupun swasta. (YR)

Baca Juga:  Samade Optimalkan Potensi Perkebunan Melalui UMKM Sawit