T-POMI
2018, 27 Agustus
Share berita:

Indonesia membutuhkan industri yang menghasilkan devisa tinggi juga menyerap tenaga kerja tinggi. Dan kelapa sawitlah yang memenuhi kriteria itu. Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono menyatakan hal ini pada lokakarya wartawan ekonomi dan pertanian.

Tahun lalu, ekspor minyak sawit menyumbang devisa USD 22,9 miliar dan menyerap tenaga kerja sedikitnya 6 juta orang. “Atas keunggulan karakteristik ini, kelapa sawit semestinya didorong untuk terus menerus melakukan kegiatan ekspor. Kita perlu memperkuat peranan industri yang bisa menutup defisit neraca perdagangan ini,” kata Joko.

Namun demikian, kata Joko, pengembangan industri kelapa sawit terhambat maraknya black campaign dari negara-negara maju (Uni Eropa dan Amerika). Bahkan banyak masyarakat Indonesia sendiri yang percaya bahwa materi kampanye hitam itu fakta, sehingga harus diedukasi.

Wakil Ketua Umum GAPKI, Togar Sitanggang, mengatakan, pemerintah perlu bekerja lebih keras untuk melindungi industri sawit Indonesia dari maraknya kampanye hitam terutama negara-negara di Eropa.

“Kampanye hitam tanpa fakta objektif dan tendensius dibarengi dengan ancaman boikot akan terus mengikuti perjalanan industri minyak sawit Indonesia yang kini menjadi pemain wahid di pasar minyak nabati dunia. Untungnya, pemerintah masih punya keberpihakan, meskipun setengah hati,” katanya.

Kekhawatiran terbesar terutama dari negara-negara Eropa adalah Indonesia akan menjadi negara adidaya karena mampu memproduksi energi terbarukan melalui sawit. Mereka (negara-negara Barat) sangat memahami, sawit merupakan industi masa depan sebagai pengganti energi fosil yang tidak ramah lingkungan dan mulai ditinggalkan.

Faktanya bisa dilihat bahwa saat ini ierkebunan sawit Indonesia memenuhi peran tersebut dan punya kontribusi besar terhadap kebijakan energi global di masa depan.

Dalam kampanye hitam tersebut, isu bergulir yang dituduhkan untuk menghambat perkembangan industri sawit Indonesia antara lain menyangkut perluasan lahan yang meningkat signifikan sehingga menyebabkan deforestasi, isu kesehatan serta yang marak saat ini menyangkut isu tenaga kerja.

Baca Juga:  Antisipasi Resesi, Ciptakan Regulasi Pro Komoditas Ekspor

Tuduhan tersebut, tidak benar karena perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit di dunia dalam beberapa tahun hanya tumbuh 13,39 persen, sementara kedelai tumbuh 85,45 persen, bunga matahari 18,05 persen