Melihat program kerja Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman yang hanya fokus kepada peningkatan produksi beras, jagung (pajale) plus daging sapi dan kerbau membuat pengamat ekonomi bertanya-tanya, sebab yang namanya pertanian bukan hanya pangan plus daging sapi dan kerbau.
“Jadi jika Pak Mentan hanya mengurusi pangan saja maka suruh jadi Dirjen Pangan saja jangan jadi Mentan,” kata Direktur INDEF (Institute For Development of Economics and Finance), Enny Sri Hartati saat dihubungi perkebunannews.com, Kamis (22/12/16).
Artinya, menurut Enny, seharusnya sebagai seorang Mentan maka jangan hanya mengurusi pangan saja tapi juga hrtikultura dan perkebunan. Apalagi, seperti diketahui bahwa komodotas perkebunan adalah komoditas pertanian yang menyumbang devisa terbesar, tapi juga masih perlu diperhatikan.
“Coba lihat gula, saat ini harga gula di Indonesia masih jauh tinggi dibandingkan dengan negara luar,” keluh Enny.
Disisi lain, Enny melihat kalau memang fokus terhadap pangan mengapa masih ada masalah pangan. Contohnya beras, dan jagung. Sampai saat ini masih ada impor beras dan jagung. Lalu daging sapi, jika memang fokus kepada daging sapi mengapa masih ada impor daging kerbau, yang dikatakan untuk menekan harga daging sapi didalam negeri.
Artinya, jika memang komoditas pangan dianggap sebagai prioritas, maka uruslah dengan baik. Sebab suatu komoditas yang diimpor oleh Kementerian Perdagangan adalah rekomendasi dari Kementerian Pertanian, dan mengapa dilakukan impor karena produksi dalam negeri tidak tercukupi.
“Jadi menurut saya itu namanya namanya bukan prioritas. Kalau yang namanya prioritas urus yang benar jangan hanya retorika saja, yang hasilnya rekomendasi impor,” tegas Enny.
Melihat fakta ini, Enny berpendapat, sebaiknya Mentan melakukan kerja nyata bukan hanya retorika saja. Sebab yang namanya pertanian bukan hanya pangan. YIN