Climate is Changing, Food and Agriculture must too. Konsumsi minyak nabati dunia beralihlah ke minyak nabati yang hemat emisi karbon.
Hari pangan sedunia tahun 2016 diperingati dengan tema “Climate is Changing, Food and Agriculture Must Too“, dengan tema tersebut FAO ingin mengingatkan dan menghimbau semua masyarakat dunia untuk melakukan perubahan pola pangan dan pertanian yang menyumbang pada upaya mencegah makin buruknya perubahan iklim global. Pola konsumsi pangan global perlu berubah kepada bahan pangan yang hemat emisi karbon.
Sebagaimana diketahui, bahwa perubahan iklim dunia (global climate change) yang ditandai antara lain oleh anomali iklim, pola musim, banjir, serta kekeringan ekstrim merupakan sesuatu nyata yang dihadapi seluruh masyarakat dunia. Penyebabnya juga sudah diketahui yakni akibat pemanasan temperatur atmosfir bumi (global warming). Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (karbondioksida) di atmosfir bumi sedemikian rupa sehingga makin banyak panas matahari yang terperangkap pada atmosfir bumi juga telah diketahui sebagai penyebab terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu, untuk mencegah semakin parahnya perubahan iklim, perlu adanya perubahan dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat global termasuk pola konsumsi pangan yang makin hemat atau minimum emisi karbon.
Minyak nabati merupakan bahan pangan yang diperlukan seluruh masyarakat dunia. Empat sumber utama minyak nabati dunia adalah minyak sawit, minyak kedelai, minyak bunga matahari dan minyak rapeseed. Diproyeksikan secara moderat, konsumsi per kapita minyak nabati dunia menuju tahun 2050 akan mencapai 25 Kg, sehingga diperlukan ketersediaan minyak nabati total sebesar 230 juta ton atau perlu tambahan 60 juta ton lagi dari produksi tahun 2015.
Jika 60 juta ton minyak nabati tersebut dipenuhi dari minyak kedelai, tidak mungkin dapat dipenuhi dari sekitar 115 juta hektar kebun kedelai dunia saat ini. karena produktivitas minyak yang rendah dan sulit meningkat karena tanamannya relatif kecil. Karena itu diperlukan tambahan kebun kedelai dunia seluas 120 juta hektar lagi. Jika tambahan 60 juta ton kebutuhan minyak nabati dunia tersebut dipenuhi dari minyak sawit, cukup menaikkan produktivitas dari 20 juta hektar kebun sawit dunia saat ini. Dari 4 ton menjadi 7 ton minyak per hektar menuju tahun 2050.
Cara terbaik mana yang dipilih dunia? Jika masyarakat dunia memilih dari minyak kedelai, maka masyarakat dunia harus rela kehilangan hutan 120 juta hektar di Amerika Selatan. Sehingga emisi karbon dari deforestasi untuk ekspansi kedelai akan bertambah lebih besar ke atmosfir bumi. Langkah tersebut saat ini sudah mulai dilakukan Brazil dan Argentina yang melakukan ekspansi kebun kedelai sekitar 10 juta hektar sampai tahun 2025.
Namun jika masyarakat dunia memilih untuk memenuhi tambahan kebutuhan minyak nabati tersebut dari minyak sawit, masyarakat dunia tidak perlu kehilangan hutan. Cukup menghargai dan membeli minyak sawit yang lebih banyak untuk mengganti minyak nabati lainnya. Emisi karbon dari konversi hutan untuk produksi minyak nabati tidak terjadi lagi. Sebaliknya kenaikan produktivitas sawit akan menyerap lebih banyak karbondioksida dari atmosfir bumi, sehingga membantu mengurangi pemanasan global.
Nah jika masyarakat dunia konsisten dengan membumikan tema Hari Pangan tersebut yakni merubah konsumsi ke bahan pangan minyak nabati yang hemat emisi karbon, maka minyak sawitlah pilihannya. SELAMAT HARI PANGAN DUNIA. Sumber : sawit.or.id/YIN