2nd T-POMI
2019, 28 Desember
Share berita:

Pertanian harus semakin ramah lingkungan karena sudah merupakan tuntutan dunia. Dunia menuntut semua kegiatan harus rendah emisi termasuk pertanian. Salah satu akvitasnya adalah pengurangan bahan kimia menjadi organik. Ardi Praptono, Direktur Perlindungan Perkebunan, Ditjenbun menyatakan hal ini pada Perkebunannews.com.

Ditjenbun menaruh perhatian besar pada hal ini dan kedepan adalah bagaimana melakukan perlindungan tanaman yang ramah lingkungan dan tidak mahal karena bisa dilakukan sendiri oleh petani. Kecuali ada outbreak OPT maka harus dilakukan pengendalian dengan pestisida karena harus cepat bisa dikendalikan.

“Sedang pencegahan bisa dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan, murah dan mudah diaplikasikan di lapangan. Kalau kesadadaran masyarakat untuk melakukan perlindungan dengan cara ini sudah besar maka biaya perlindungan tanaman akan rendah sehingga biaya produksi ditekan dan petani tidak terlalu terpengaruh dengan fluktuasi harga,” katanya.

Program kedepan dari Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan adalah Dokter Tanaman sebagai pengembangan dari Pengendali Organisme Penganggu Tambahan yang sudah ada. Dokter Tanaman ini punya kemampuan mengidentifikasi OPT dan rekomendasi solusi untuk mengatasinya.

“Jadi semacam dokter di Puskesmas, bisa mengindetifikasi hama penyakit tanaman kemudian membuat obat racikan herbal berdasarkan bahan-bahan yang ada disekitar itu. Tantangannya adalah perizinan, penggunaan dan sumber daya manusia,” katanya.

Wadahnya sudah ada yaitu desa organik tinggal dikembangkan lebih banyak lagi. Desa organik ini menghasilkan produk ramah lingkungan yang nilai tambahnya tinggi, apalagi perkebunan merupakan produk ekspor.

Desa-desa organik berbasis perkebunan yang dikembangkan Ditjenbun saat ini sudah banyak yang bersertifikat organik dan SNI. Pertanian organik adalah perlindungan tanaman yang ramah lingkungan.

Baca Juga:  Kemenperin Pacu Nilai Tambah Kakao