T-POMI
2017, 23 Januari
Share berita:

Sungguh aneh jika ada masyarakat Indonesia yang bukan memberi dukungan kepada kelapa sawit karena dapat tumbuh subur di negeri ini, akan tetapi justru rame-rame ingin mematikan dengan berbagai dalih.

Hal tersebut diungkapkan oleh Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, Bambang kepada perkebunannews.com, Senin (23/01/2017).

Sebab, Bambang menjelaskan, seharusnya masyarakat Indonesia bersyukur, karena tanaman kelapa sawit adalah tanaman anugerah Tuhan Yang Maha Esa (YME) terindah di bumi ini.

Hal ini karena tanaman kelapa sawit mampu memberikan kontribusi terhadap pelestarian keseimbangan lingkungan. Betapa tidak, komoditas ini awalnya adalah tumbuhan hutan, perakaranya kokoh, kanopinya mampu melindungi muka bumi dari terpaan derasnya air hujan dan hempasan angin. Atas dasar itu, maka tidaklah heran jika Malaysia mengategorikan sebagai tanaman hutan.

“Hebatnya lagi kelapa sawit adalah sumber energi nabati paling efektif dan efisien serta lebih ramah lingkungan bila dibanding komoditas sumber energi lainnya,” jelas Bambang.

Melihat hal ini, Bambang menghimbau, “kepada ilmuwan, pengusaha, masyarakat luas dan siapapun, untuk memberikan dukungan agar kelapa sawit Indonesia tetap nyiur melambai untuk kejayaan bangsa dan negara serta sumber energi masa depan bagi semua.”

Sementara itu, menurut keterangan tertulis Sarawak Oil Palm Plantation Owners Association (Soppoa) bahwa jika ada yang mengatakan bahwa perkebunan kelapa sawit sebagai biang keladi hilangnya hutan (deforestasi), mereka selama ini selalu dicekoki informasi salah tentang pengolahan lahan kelapa sawit.

“Justru industri daging dan kedelai yang menjadi pemicu utama hilangnya hutan di dunia, bukan perkebunan sawit seperti yang ditudingkan selama ini,” jelas Sopppoa mengutip The Borneo Post.

Bahkan dari hasil studi oleh Doug Boucher, anggota Union of Concerned Scientists (UCS) dan penasihat Climate and Energy, yang jelas-jelas mengakui bahwa perkebunan kelapa sawit selama ini menjadi korban salah sasaran oleh masyarakat dunia, terutama Barat, yang dituding sebagai pemicu deforestasi.

Baca Juga:  Minamas Plantation Tanam Perdana Kebun Plasma di Aceh Timur

“Faktanya, berdasarkan studi yang dilakukan Climate Focus 2016, pemicu terbesar deforestasi adalah industri pengolahan daging. yang kedua adalah kedelai, sementara produk sawit dan kayu hanya sedikit berperan dalam kondisi hilangnya hutan, atau hanya sekitar sepersepuluh dari industri daging,” tambah Soppoa.

Soppoa menambahkan, studi Climate Focus juga menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan minyak sawit memiliki komitmen lebih besar untuk mencapai target ‘zero deforestation’ dibandingkan dengan kelompok industri komoditas lainnya.

“Sekitar 59 persen korporasi perkebunan sawit telah berkomitmen untuk mengurangi deforestasi ketimbang kedelai (21 persen) dan daging (12 persen),” tulis Climate Focus dalam studinya. YIN