Dalam rangka mengembangkan 7 komoditas strategis oleh Kementerian Pertanian (Kementan) maka Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menggandeng PT Pertani Persero untuk mengembangkan dan memperbanyak benih ungul tebu
“Benih unggul tebu tersebut nantinya akan mempunyai kadar rendemen sebesar 12 persen dengan produktivitas sebesar 150 ton/hektar/tahun. Melalui benih unggul tersebut kami harapkan produksi tebu nasional akan meningkat,” jelas Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir, Rabu (8/2/2017).
Lebih lanjut, Syakir berjanji benih unggul ini akan di komersilkan ke perusahaan perkebunan seperti perkebunan besar negara (PBN) dan perkebunan besar swasta (PBS) serta perkebunan rakyat (PR) pada akhir tahun 2017.
Lebih lanjut, melihat banyaknya kebutuhan akan benih unggul tebu ini, maka PT Pertani (Persero) yang ditunjuk untuk melakukan perbanyakan benih melalui teknologi Somatik Embriogenesis (SE). melalui teknologi tersebut maka kebutuhan benih tebu untuk para pekebun akan tercukupi.
“Nantinya Pertani yang akan melakukan perbanyakan benih melalui teknologi SE,” jelas Syakir.
Ditempat yang sama, Direktur Utama Pertani Wahyu menambahkan, adanya benih unggul tebu ini dikeluarkan tidak semata-mata untuk mendorong 7 komoditas strategis, tapi juga atas permintaan dari para petani tebu.
Sebab, menuurut catatannya, saat ini rendemen tebu ditingkat petani masih diangka 8 persen, itupun sudah sangat baik. sebab tidak sedikit rendemen tebu yang masih diangka 6 persen. Melalui benih unggul ini maka diharapkan rendemen bisa mencapai 12 persen, bahkan jika dilakukan secara maksimal bisa mencapai 14 persen dengan produktivitas 150 ton/hektar/tahun.
“Ini langkahlangkah kita yaitu proses percepatan peningkatan produksi melalui peningkatan rendeman dan produktivitas,” jelas Wahyu.
Namun, Wahyu mengingatkan, meskipun benih tebu unggul ini mempunyai potensi rendemen yang tinggi, tapi petani tetap harus melakukan budidaya secara good agriculture practices (GAP). Sebab benih sebagus apapun jika tidak dilakukan perawatan maka hasilnya akan menjadi buruk atau berprodukivitas rendah.
Artinya agar benih berkualitas ini bisa memberikan hasil yang maksimal maka tetap harus dilakukan budidaya dengan baik. “Sehingga agar bisa lebih maksimal saat ini sedang kita lakukan uji multi lokasi,” papar Wahyu.
Sehingga, Wahyu berharap, melalui benih unggul ini maka kedepan produksi gula bisa meningkat sehingga bisa mengurangi impor gula. “Sebab, nantinya benih unggul ini tidak hanya dikomersilkan untuk perkebunan negara saja, tapi juga untuk perkebunan swasta dan rakyat. Tapi saat ini kita belum bisa menentukan harganya,” pungkas Wahyu. YIN